REPUBLIKA.CO.ID, Suara ketukan palu dan gergaji listrik beradu di sebuah workshop mebel bernama Aneka Mebel, di Jalan Sindang Barang, Kelurahan Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Hampir satu bulan lamanya, Aneka Mebel banting setir menjadi perajin peti jenazah.
Puluhan peti jenazah berwarna putih yang sudah siap kirim tersusun rapi di dalam sebuah ruangan. Sementara, di halaman depan, tampak sejumlah pekerja tengah membuat peti jenazah. Diselingi dengan menghisap rokok dan menyesap kopi hitam, mereka tampak lihai memotong kayu multiplex, menyusunnya hingga berbentuk peti, dan mengecatnya dengan cat berwarna putih.
Usaha mebel ini, sudah dikelola selama belasan tahun oleh keluarga Ibrahim Askar (21 tahun), pemuda asal Cikaret, Bogor Selatan, Kota Bogor. Mahasiswa semester 7 di Universitas Brawijaya Malang ini, terketuk pintu hatinya setelah mendengar kisah mengenai jenazah pasien Covid-19 dari kakaknya, yang merupakan tenaga kesehatan (nakes) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong.
Kala itu, Ibrahim mendengar cerita dimana jenazah seorang pasien Covid-19 tidak dapat segera dimakamkan, karena minimnya stok peti jenazah. Dia pun menelusuri, dan menemukan jika rumah sakit-rumah sakit di Kota maupun Kabupaten Bogor masih kesulitan mencari supplier peti jenazah. Bahkan, beberapa di antaranya harus membeli dari luar kota.
Melihat kondisi yang demikian, ditambah dengan menurunnya daya beli masyarakat pada industri mebel, dia pun berinisiasi untuk membuat peti jenazah. Bermodal ilmu dari Youtube, bersama lima orang pegawainya dia memulai membuat peti jenazah, yang ideal digunakan untuk jenazah pasien Covid-19.
Berawal dari 10 peti per hari dengan lima orang pekerja, produksi dari peti jenazah pun meningkat menjadi 100 hingga 150 peti per hari. Tentunya dengan jumlah pekerja yang bertambah menjadi 50 orang.
Selain itu, dari yang awalnya mengirim peti jenazah ke RSUD Cibinong, saat ini Ibrahim secara rutin mengirim peti jenazah ke RSUD Kota Bogor, posko logistik Covid-19 Kota Bogor di Gedung Wanita, dan sesekali ke RSUD Ciawi. Serta ke beberapa perusahaan yang kerap mendonasikan peti jenazah.
Mengenakan kemeja abu-abu dilapisi jaket merah, Ibrahim secara taktis memberi komando kepada para pegawainya. Dengan rambut gondrong yang diikat, dia turut membantu pegawainya untuk menyusun peti jenazah yang akan dikirim ke RSUD Kota Bogor, menggunakan mobil pick up.
“Setiap dua hari sekali, kira-kira saya kirim. Sepekan ada 30 peti setiap tempat. Tapi, kita terus bikin stok 100 sampai 150 peti,” kata Ibrahim ketika ditemui Republika di workshop pembuatan peti jenazahnya, Kamis (29/7).
Dia menyebutkan, diubahnya usaha mebel menjadi sentra produksi peti jenazah ini, merupakan bagian dari ikhtiarnya dalam membantu pemerintah menangani pasien Covid-19. Tak hanya menjual peti jenazah di bawah harga normal, dia juga berhasil mempekerjakan para pekerja bangunan yang pekerjaannya terputus selama pandemi Covid-19. Juga beberapa orang yang memang tidak memiliki pekerjaan.
Sambil tertawa, dia mengatakan, jiwa bisnis yang dimilikinya merupakan keturunan dari orang tuanya. Namun, menurutnya, saat ini sulit untuk memadukan rasa kemanusiaan, agar bisa menghasilkan gagasan yang bisa membantu sesama manusia.
“Ini bentuk social preneur, jiwa bisnis memang turunan kali ya. Yang sulit sekarang memadukan sosial, rasa kemanusiaan untuk menghasilkan suatu gagasan yang bisa membantu. Kami mempekerjakan tukang-tukang bangunan, dan mereka yang benar-benar menganggur. Karena keluarga mendukung, jadi bismillah saya kerjakan,” ucapnya.
Meski sebulan belakangan ponselnya terus berdering dengan meningkatnya pesanan peti jenazah, mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan ini ingin pandemi Covid-19 cepat usai, agar usaha berjalan secara normal. Begitu pula usaha mebel milik keluarganya.
Dengan bijak, dia mengatakan, jika nantinya tidak ada lagi permintaan akan peti jenazah, artinya tidak ada lagi korban yang berjatuhan karena Covid-19. “Dan itu senang saya Alhamdulillah, itu harapan besar. Peti jenazah nggak apa-apa nggak lanjut, kita bisa beralih ke bisnis dan usaha lain,” tuturnya.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, mengapresiasi langkah Ibrahim yang turut mengambil peran, dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Bima Arya pernah bertemu dengan Ibrahim pada 2017, yang saat itu masih menjadi Ketua OSIS di SMAN 4 Kota Bogor. Beberapa waktu lalu, Bima Arya dan Ibrahim kembali dipertemukan ketika Ibrahim telah menjadi mahasiswa. “Ibrahim ini masih mahasiswa. Dia punya usaha mebel yang sedang terdampak pandemi, tapi dia mencoba bertahan dengan beradaptasi,” ucap wali kota dua periode ini.
Bima Arya ingat ketika Ibrahim menyampaikan cita-citanya ketika bertemu pada 2017 silam. Di depan Bima Arya, Ibrahim mengaku ingin memberikan manfaat bagi orang banyak. Bahkan, saat ini Satgas Covid (Kota Bogor) juga mempercayakan pembuatan peti jenazah ini kepada Ibrahim dan masyarakat untuk pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Selain membantu penanganan Covid-19, produksi peti jenazah tersebut juga mampu memberdayakan ekonomi bagi 50 warga terdampak pandemi. “Semoga manfaat bagi orang banyak. Semua bisa mengambil peran sekecil apa pun dalam masa sulit saat ini,” ucap Bima Arya.