Kamis 29 Jul 2021 18:58 WIB

Oknum TNI Aniaya Warga Papua, Legislator: Hindari Provokasi

Legislator imbau hindari narasi provokatif terkait kasus penganiayaan warga papua.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Bayu Hermawan
Abdul Kadir Karding
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Abdul Kadir Karding

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR, Abdul Kadir Karding, mengimbau semua pihak tidak membuat pernyataan provokatif terkait tindakan oknum TNI AU yang menginjak kepala seorang warga Merauke. Karding mengatakan, jangan sampai insiden itu justu melebar ke isu suku, agama, ras dan antargolongan.

Karding menilai, kasus penganiayaan seorang warga di Merauke rawan jadi alat provokasi dengan mengangkat isu etnis. Apalagi saat ini lawan politik pemerintah sedang mencari momentum. Ia ingin masyarakat tidak terpancing dengan narasi yang diciptakan untuk membuat suasana semakin panas.

Baca Juga

"Meminta semua pihak terutama provokasi-provokasi di media, harus kami atasi segera bagaimana caranya. Jangan sampai ini menjadi isu seperti kasus di Amerika, antara kelompok hitam dan putih. Jangan sampai narasinya dibawa kesana, kami harus cegah," katanya pada Kamis (29/7).

Kemudian, ia melanjutkan ke depannnya Polri, TNI, Satpol PP atau organisasi lainnya yang sering bersentuhan dengan masyarakat bisa mendisiplinkan anggotanya. Sehingga sikap saat bertemu masyarakat bisa lebih baik.

"Harus segera ada komunikasi dan koordinasi dengan para tokoh masyarakat setempat. Pemerintah daerah dan analisis oleh intelijen misalnya sejauh apa potensi isu ini akan berpengaruh terhadap keamanan kami," ujarnya.

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR Bobby Adityo Rizaldi mengajak semua untuk mempercayakan penanganan kasus itu ke TNI dengan penyidikan, penegakan disiplin internal militer hingga hukuman bagi pelaku agar jelas disampaikan ke publik dan memenuhi rasa keadilan.

"Semua pihak perlu menghentikan penyebaran video penganiayaan kepada seorang warga di Merauke. Karena rentan disalahgunakan untuk propaganda hate speech kepada TNI. Sangat rawan dikaitkan dengan isu-isu pelanggaran HAM yang rentan di plintir baik domestik atau international melalui media sosial," kata dia.

Di samping itu, Bobby mengingatkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto selalu menegaskan untuk mengedepankan pendekatan humanis bukan represif dalam semua pengerahan prajurit setiap operasinya. 

"Pemerintah harus bergerak segera untuk meredam isu-isu yang bisa berkembang, optimalkan koordinasi dengan simpul-simpul intelijen sebagai deteksi dini dan sinergi dengan tokoh lokal agar isu ini selesai dan menunggu proses hukum yang berjalan," ujarnya.

Diketahui, Kepala Staf TNI AU Marsekal Fadjar Prasetyo meminta maaf atas kejadian penganiayaan oleh dua anggotanya terhadap seorang warga di Merauke. Dia juga menyampaikan pelaku akan ditindak tegas.

"Saya selaku Kepala Staf TNI AU menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh saudara-saudara kami di Papua, khususnya di Merauke terkhusus lagi pada korban dan keluarga. Mohon dibuka pintu maaf," kata Fadjar melalui akun Twitter resmi TNI AU.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Indan Gilang Buldansyah dalam keterangannya menyampaikan kalau ia menyesal akan tindakan berlebihan oleh dua oknum anggota saat mengamakan warga. 

"Sejak kemarin (Senin) keduanya sudah ditahan di Satpom Lanud Dma untuk proses hukum selanjutnya," ucapnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement