Kamis 29 Jul 2021 20:18 WIB

PBB Serukan Solusi Politik Akhiri Konflik Israel-Palestina

Koordinator Kemanusiaan PBB prihatin atas situasi di Jalur Gaza, Palestina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang gadis Palestina berjalan di antara puing-puing sebuah bangunan yang runtuh setelah terkena serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel Mei lalu, di Kamp Pengungsi Maghazi, Jalur Gaza tengah, Senin, 12 Juli 2021.
Foto: AP/Adel Hana
Seorang gadis Palestina berjalan di antara puing-puing sebuah bangunan yang runtuh setelah terkena serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel Mei lalu, di Kamp Pengungsi Maghazi, Jalur Gaza tengah, Senin, 12 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Koordinator kemanusiaan PBB di Palestina, Lynn Hastings, menyerukan solusi politik untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Dia secara khusus menyuarakan keprihatinan atas situasi di Jalur Gaza pasca-konfrontasi antara Hamas dan Israel pada Mei lalu.

Hastings mengatakan, upaya memperbaiki situasi di Gaza harus bergerak maju dengan cepat. “Tapi jangan sampai kita melupakan tujuan yang lebih luas; menyelesaikan konflik Israel-Palestina, mengakhiri pendudukan, dan mewujudkan solusi dua negara berdasarkan resolusi PBB, resolusi internasional. hukum dan perjanjian bilateral," katanya saat memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB, Kamis (29/7).

Baca Juga

Dia mengungkapkan, hingga kini upaya internasional dalam merespons krisis kemanusiaan dan menstabilkan situasi di Gaza berjalan baik. “Sejauh ini, sekitar 45 juta dolar AS dari 95 dolar AS yang diminta dalam seruan kilat kemanusiaan PBB telah dikumpulkan,” ucapnya.

Menurut penilaian Bank Dunia dan Uni Eropa, nilai kerusakan yang ditimbulkan akibat konflik Hamas dengan Israel pada Mei lalu mencapai 290 juta dolar AS. Sementara kerugian ekonomi diperkirakan mencapai 200 juta dolar AS. Sektor sosial Gaza terpukul keras. Proses rekonstruksi segera dan jangka pendek ditaksir dapat menelan biaya hingga 485 juta dolar AS.

Pada 10-21 Mei lalu, Hamas terlibat pertempuran dengan Israel. Konfrontasi pecah seiring dengan meningkatnya kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem, termasuk kompleks Masjid Al-Aqsa.

Kesepakatan gencatan senjata di Gaza tercapai berkat peran mediasi Mesir. Amerika Serikat (AS) juga mengklaim memainkan diplomasi belakang layar untuk meredakan ketegangan antara Hamas dan Israel.

Sedikitnya 270 warga Gaza, 66 di antaranya adalah anak-anak, tewas selama agresi Israel. Sementara warga yang mengalami luka-luka dilaporkan mencapai lebih dari 1.900 orang. Sedangkan Israel melaporkan 12 korban jiwa akibat serangan Hamas.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement