Jumat 30 Jul 2021 05:35 WIB

Rekam Jejak Penyebaran Islam di China

pelancong dan pedagang Arab dan Persia datang dari Asia Barat

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Rekam Jejak Penyebaran Islam di China. Umat Muslim menyiapkan makanan saat berbuka puasa bersama umat lainnya pada hari pertama bulan puasa Ramadhan di Masjid Niujie di kota Beijing, Cina,  Selasa (13/4).
Foto: EPA-EFE / WU HONG
Rekam Jejak Penyebaran Islam di China. Umat Muslim menyiapkan makanan saat berbuka puasa bersama umat lainnya pada hari pertama bulan puasa Ramadhan di Masjid Niujie di kota Beijing, Cina, Selasa (13/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah zaman Rasulullah, Islam menyebar ke seluruh dunia, salah satunya China. Komunitas Muslim Sino Hui memiliki banyak tradisi hasil dari perpaduan budaya China dan Islam. Muslim mulai tiba di Cina dalam jumlah yang signifikan selama periode Mongol di bawah Dinasti Yuan (1271-1368).

Sebelumnya, pelancong dan pedagang Arab dan Persia datang dari Asia Barat dalam jumlah kecil dan tinggal di komunitas yang relatif terpencil. Periode Mongol membawa diaspora dari beberapa juta Muslim Asia Tengah untuk bekerja sebagai ilmuwan, ahli geografi, astronom, musisi, pengrajin, tentara dan administrator. Sebagian besar mereka mulai menikah dengan wanita Han dan anak-anak mereka dibesarkan sebagai Muslim.

Baca Juga

Namun, dalam beberapa generasi, asimilasi ke dalam masyarakat China mulai meningkat. Akulturasi ini mengambil bentuk dan kecepatan baru selama Dinasti Ming (1368-1644) yang melembagakan kebijakan homogenisasi Sino-sentris yang mengharuskan Muslim menikahi wanita Han dan menggunakan bahasa China.

Pertukaran agama dan budaya selama pemerintahan Mongol juga berkurang dengan kebijakan perjalanan yang membatasi umat Islam dari jaringan pembelajaran tradisional, bahasa, dan tanah air. Pada tahun-tahun memudarnya Dinasti Ming, banyak Muslim telah kehilangan penguasaan keterampilan linguistik dalam bahasa Arab dan Persia kecuali untuk penggunaan yang paling dasar. Pendidikan Islam tidak memiliki sistem pengajaran formal dan bergantung pada sumber tekstual yang terbatas.

Ini mencirikan kehidupan awal Hu Dengzhou sekitar tahun 1522-1597 yang kemudian mendirikan sistem kelembagaan penting untuk pengajaran Islam di China, yaitu pendidikan balai kitab suci (jingtang jiaoyu). Tidak puas dengan tingkat pengajaran yang dapat diperolehnya di masjid setempat di provinsi barat laut Shaanxi, ia memutuskan mencari pendidikan Islam yang lebih tradisional di pusat-pusat pembelajaran di Asia Tengah dan Makkah.

Setelah beberapa tahun belajar, Hu kembali membawa banyak buku Islam untuk pembelajarannya. Hu akhirnya memiliki komponen untuk membangun program yang sistematis dan dapat diakses dengan mudah. Seiring dengan kurikulum formal teks bahasa Arab dan Persia, Hu juga memberi siswa dukungan finansial yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan dari seluruh penjuru kekaisaran.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement