REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Rumpun Kuratif Satgas Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi, mengungkapkan bahwa kasus kematian pasien Covid-19 banyak terjadi saat antre masuk unit perawatan intensif (ICU). Menurutnya, rumah sakit membutuhkan ICU lebih banyak agar angka kematian bisa ditekan.
"Di dalam rumah sakit, kematian di ruang ICU bisa kami tekan, tapi di
pre-ICU masih 12 persen, karena memang antre ICU," kata Joni yang juga Direktur
RSUD dr Soetomo dalam diskusi daring "Sosialisasi Rekomendasi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga untuk Percepatan Penanganan Covid-19", disimak di Jakarta, Jumat (30/7).
Joni mengatakan, di RSUD dr Soetomo terdapat 29 ICU. Sementara itu, jumlah yang tersedia untuk melayani kebutuhan pasien Covid-19 saat ini masih kurang.
Menurut Joni, RSUD dr Soetomo akan mendapatkan bantuan ICU dari Kementerian Kesehatan dan Satgas Covid-19. Sebanyak 27 kamar ICU tambahan sedang dipersiapkan dan jika sudah selesai maka RSUD dr Soetomo akan memiliki total 56 ruang ICU.
Joni menyebut, beberapa rumah sakit di Surabaya dan Jawa Timur saat ini terpaksa menutup instalasi gawat darurat (IGD) karena keterbatasan kapasitas. Hal ini menyebabkan pasien-pasien baru datang ke RSUD dr Soetomo untuk mencari perawatan.
Angka mortalitas di IGD pun menjadi tinggi. Saat ini, menurut Joni persentase kematian di IGD RSUD dr Soetomo mencapai 22 persen. Angka ini tidak lazim karena beberapa literatur menyatakan mortalitas yang normal rata-rata adalah 10-12 persen.
Loading...