Jumat 30 Jul 2021 16:49 WIB

200 Penerjemah Afghanistan Telah Mendarat di AS

AS memberikan visa ke penerjemah Afghanistan yang se

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Afghanistan dan perlengkapan perang AS.
Foto: Anadolu Agency
Tentara Afghanistan dan perlengkapan perang AS.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Penerbangan pertama yang mengevakuasi penerjemah Afghanistan  telah mendarat di Bandara Internasional Washington Dulles. Menururt dokumen internal yang diperoleh the Associated Press, sebuah pesawat mendarat di Washington dengan membawa 221 warga Afghanistan, termasuk 57 anak-anak dan 15 bayi.

Menurut pelacakan penerbangan FlightAware, pesawat tersebut mendarat pada Jumat  (30/7) pagi. Awal bulan ini, pejabat AS mengatakan, warga Afghanistan tersebut akan tinggal di Fort Lee, Virginia selama beberapa hari.

Baca Juga

Amerika Serikat membentuk Operasi Pengungsi Sekutu, untuk mengevakuasi para penerjemah dan warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan AS ke Washington beserta keluarga mereka. Sebagian besar penerjemah dan pekerja Afghanistan serta keluarga mereka kemungkinan akan dibawa terlebih dahulu ke pangkalan militer luar negeri AS, sebelum dimukimkan kembali di AS atau di tempat lain.

Sekitar 20 ribu warga Afghanistan yang bekerja sebagai penerjemah untuk Amerika telah mengajukan permohonan evakuasi di bawah program Visa Imigran Khusus (SIV) Departemen Luar Negeri AS. Beberapa perkiraan menunjukkan jumlah total calon pengungsi bisa mencapai 100 ribu setelah dihitung bersama anggota keluarga mereka.

Sebelumnya, pemerintah AS mengumumkan bahwa sekitar 750 warga Afghanistan yang visanya telah disetujui dan lolos pemeriksaan keamanan akan diterbangkan ke AS. Total jumlah anggota keluarga mereka yang diterbangkan ke AS mencapai 1.750 orang.

"Alasan kami mengambil langkah ini adalah karena mereka adalah individu yang berani. Kami ingin memastikan bahwa kami mengenali dan menghargai peran yang telah mereka mainkan selama beberapa tahun terakhir," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.

Sementara itu, Taliban telah meningkatkan serangan besar-besaran di Afghanistan dalam beberapa bulan terakhir. Mereka melakukan serangan di tengah penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Serangan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan potensi krisis kemanusiaan.

Taliban secara terbuka menyatakan bahwa, penerjemah yang bekerja dengan pasukan asing tidak perlu takut. Tetapi banyak yang mempertanyakan pernyataan Taliban tersebut.

Pada konferensi pers pada Kamis (29/7), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan bahwa, subjek relokasi warga Afghanistan muncul selama pertemuannya di Kuwait. Washington masih mencari negara ketiga untuk menampung beberapa dari mereka yang dievakuasi, sementara pihak berwenang melakukan pemeriksaan keamanan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement