Embun Upas, Fenomena Tahunan di TNBTS

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin

Fenomena embun upas (frost) di Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS).
Fenomena embun upas (frost) di Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS). | Foto: BB TNBTS

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Ada fenomena unik di Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (TNBTS) ketika puncak kemarau terjadi. Salah satunya kemunculan embun upas (frost) di mana terlihat es menempel di daun-daun tanaman.

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Lumajang, Wawan Hadi mengatakan, embun upas sebenarnya fenomena rutin yang biasa terjadi setiap tahun di TNBTS. Embun beku itu selalu muncul ketika cuaca ekstrem dan suhu mencapai nol bahkan minus derajat celsius. 

"Kemarin itu di Ranupani suhunya empat derajat sehingga muncul air jadi es, embun di rumput di tanaman masyarakat. Cuman kalau sudah ada matahari hilang lagi, bentar kok," kata Wawan saat dihubungi wartawan, Jumat (31/7).

Berdasarkan laporan yang diterima, fenomena embun upas kemungkinan mulai terjadi sejak bulan lalu. Waktu kemunculannya tidak menentu karena menyesuaikan suhu di masing-masing wilayah. Selama suhunya di atas 10 derajat celsius, maka embun upas tidak akan terlihat.

Untuk sementara fenomena embun upas baru terlihat di wilayah Ranupani. Wilayah Ranupani sendiri berada di ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara untuk ketinggian Gunung Semeru antara lain 3.676 meter di atas ketinggian laut.

Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan, BB TNBTS, Sarif Hidayat mengungkapkan, suhu normal di Ranupani biasanya sekitar 10 sampai 14 derajat celsius. Embun upas acapkali terlihat apabila suhu mencapai 0 sampai empat derajat celsius.

Selain di Ranupani, fenomena embun upas juga sempat muncul di wilayah Laut Pasir sekitar Gunung Bromo. "Cuman teman-teman ndak mendokumentasikan. Tapi saya sudah minta jika muncul frost lagi, tolong didokumentasikan dan diinformasikan," ucapnya.

Menurut Sarif, fenomena embun upas biasanya akan terjadi sekitar Juli dan Agustus. Hal ini menyesuaikan periode puncak musim kemarau di Indonesia. 

Meskipun terlihat unik, embun upas bisa memberikan dampak buruk untuk tanaman. Berdasarkan informasi masyarakat, embun upas bisa merusak tanaman pertanian sehingga petani harus menyemprotkannya dengan air. Cara ini dilakukan agar es yang menempel bisa larut dan lepas dari dedaunan.

Jika petani tidak segera menyemprotkan air, maka tanaman bisa kering dan busuk. Hal ini karena metabolisme makanan pada tanaman tidak berjalan baik. "Jadi kalau petani malamnya sudah (merasa suhu) menusuk (dingin) mungkin, itu harus segera dikontrol. Sebelum matahari tinggi itu disemprot air supaya frost tidak menempel di daun pertanian," kata dia.

Terkait


Embun Upas, Fenomena Tahunan di TNBTS

Ritual Kasada Masyarakat Tengger Dibatasi

Taman Nasional Bromo Belum Dibuka Lagi

Pengelola Wisata Gunung Bromo Terapkan Booking Online

BUMN akan Revitalisasi Objek Wisata Ranupani

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark