Ahad 01 Aug 2021 07:01 WIB

Studi: Makanan Fermentasi Mampu Atasi Peradangan

Studi Stanford ungkap makanan fermentasi mampu perangi tanda peradangan kronis.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Nora Azizah
Studi Stanford ungkap makanan fermentasi mampu perangi tanda peradangan kronis.
Foto: Womanitely
Studi Stanford ungkap makanan fermentasi mampu perangi tanda peradangan kronis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah studi, mengonsumsi jenis probiotik dalam makanan alami, dapat meningkatkan kesehatan usus dan pernapasan secara keseluruhan. Bahkan, dengan mengkonsumsinya, juga bisa memangkas risiko kondisi kronis seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Namun demikian, dalam studi lanjutan dari Universitas Stanford, manfaat makanan fermentasi dimungkinkan terkait dengan kemampuannya untuk memerangi tanda-tanda peradangan kronis dalam tubuh. Dalam penelitian itu, para peneliti melibatkan 36 orang dewasa sehat untuk menguji konsumsi makanan kaya fermentasi selama 10 pekan.

Baca Juga

Dikatakan, makanan fermentasi yang digunakan adalah yogurt, kefir, kimchi, air garam sayuran, dan kombucha, atau makanan kaya akan serat, seperti sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian.

“Untuk membantu peserta menerapkan perubahan pola makan ini dengan cara yang berkelanjutan, ahli gizi memberi mereka panduan untuk setiap jenis makanan dan kemudian mengizinkan mereka makan makanan apa pun dalam kategori yang mereka sukai dan dapat ditemukan di toko bahan makanan mereka, hanya mengarahkan mereka untuk makan total enam porsi setiap hari, ”kata Hannah Wastyk, penulis utama studi dan seorang mahasiswa PhD di Stanford dikutip well and good, Ahad (1/8).

Selama masa peneltiian itu, para peneliti melacak adanya lebih dari 230 penanda peradangan yang berbeda. Ia mengatakan, ada juga perbedaan yang mencolok.

Secara keseluruhan, orang-orang yang makan makanan fermentasi menunjukkan penurunan 19 protein inflamasi berbeda yang beredar di tubuh mereka. Sedangkan mereka yang makan makanan kaya serat tidak menunjukkan tren penurunan sama sekali.

“Alasan mengapa kami melihat begitu banyak metrik yang berbeda adalah karena kami ingin melihat tren peradangan dan kekebalan yang lebih luas, dan apakah itu naik atau turun,” kata Wastyk.

Tak sampai di sana, para peneliti juga menemukan aktivitas berbagai sel kekebalan. Empat di antaranya menunjukkan lebih sedikit aktivasi di antara pemakan makanan fermentasi, dibandingkan dengan sel yang sama pada pemakan makanan berserat.

“Karena kami tahu bahwa tingkat peradangan kronis yang lebih tinggi hadir dengan penyakit kronis, jadi, di sisi lain, peradangan yang lebih sedikit secara keseluruhan mencerminkan profil kekebalan yang lebih baik,” lanjut Wastyk.

Lebih lanjut, hal menarik yang dijelaskan dalam studi itu adalah munculnya penurunan peradangan. Hal itu, hanya dialami untuk orang-orang tertentu dalam kelompok pemakan serat.

"Orang-orang itu kemungkinan sudah memiliki lebih banyak bakteri pencerna serat yang berkembang di dalam mikrobioma mereka, jadi mungkin itulah sebabnya mereka mengalami penurunan peradangan karena makan makanan berserat saja," jelas Wastyk.

Namun demikian, jika mikrobioma usus Anda belum berada di tempat yang seimbang dan beragam, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makan makanan kaya serat saja mungkin tidak cukup untuk melihat penurunan peradangan yang ditemukan para peneliti dengan makanan fermentasi. Untungnya, ada banyak makanan fermentasi yang sudah mengandung banyak serat, mulai dari kimchi, asinan kubis, tempe, dan acar buah atau sayuran lainnya.

Secara keseluruhan menurut Wastyk, dengan mengkonsumsi makanan fermentasi untuk meningkatkan keragaman mikroba Anda, dan juga makan serat untuk bahan bakar semua mikroba yang berbeda, Anda bisa mendapatkan manfaat sinergis yang bahkan lebih besar dari apa ditemukan dalam penelitian ini.

Namun demikian, dia menjelaskan untuk mempertimbangkan dua kelompok subjek penelitian tadi. Mengingat, ada manfaat yang berbeda dalam mengurangi peradangan. Meski, fermentasi memang diunggulkan jika terkait itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement