REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan teknologi asal Korea Selatan LG Chem Ltd membukukan lonjakan laba kuartal sebesar empat kali lipat. Lonjakan laba ini karena permintaan untuk bahan kimia yang digunakan dalam membuat produk elektronik seperti laptop dan TV, dan mengatakan penjualan baterai yang digunakan dalam kendaraan listrik (EV) membaik di masa pandemi.
Bisnis LG Energy Solution, pemasok baterai yang digunakan dalam EV yang dibuat oleh General Motors Co dan Tesla Inc, telah berkembang pesat seiring meningkatnya permintaan untuk mobil semacam itu di Eropa dan Amerika Serikat. Namun, para analis mengatakan kekurangan chip selama berbulan-bulan yang memukul produksi mobil global baru-baru ini membebani keuntungan LG Chem.
"Kami melihat peningkatan bertahap dalam pengiriman baterai silinder kami dan kami berharap untuk melihat pertumbuhan berkelanjutan karena permintaan EV global terus tumbuh," kata Chief Financial Officer Cha Dong-seok dikutip dari Reuters, Ahad (1/8).
Baru-baru ini, beberapa eksekutif di pembuat chip dan perusahaan mobil telah menjadi optimis dengan hati-hati atas potensi pelonggaran krisis pasokan di paruh kedua tahun ini. Yang lain lagi, seperti Stellantis, mengatakan mereka memperkirakan kekurangan itu akan terus berlanjut hingga tahun depan.
LG Chem, yang berada di jalur untuk menghentikan bisnis baterainya, mengatakan pada panggilan analis bahwa pihaknya berencana untuk mengamankan kapasitas produksi baterai EV sebesar 430 gigawatt jam pada tahun 2025 yang dapat memberi daya sekitar 11,6 juta EV. Itu sebelumnya memperkirakan kapasitas 155 GW jam untuk akhir 2021.
Sebelumnya pada hari Kamis, LG Chem mengatakan akan mendirikan usaha patungan senilai 1,1 miliar dolar AS dengan Hyundai Motor Group untuk membangun pabrik sel baterai di Indonesia.Perusahaan, yang mendapatkan hampir 60 persen dari laba operasinya dari bisnis bahan kimia, mengatakan laba operasi melonjak menjadi 2,2 triliun won (1,92 miliar dolar AS) untuk periode April-Juni.
Laba kuartalan terbaru termasuk pembayaran penyelesaian dari saingannya SK Innovation Co Ltd senilai 1 triliun won (872,5 juta dolar AS), dan biaya 400 miliar won yang diumumkan sebelumnya untuk mengganti baterai untuk sistem penyimpanan energi (ESS) setelah risiko kebakaran ditemukan.Laba kuartalan mengalahkan perkiraan broker rata-rata 1,2 triliun won, yang disusun oleh Refinitiv SmartEstimate.
Pada bulan April, SK Innovation mengatakan akan membayar LG Chem hampir 2 miliar dolar AS untuk membatalkan semua litigasi dalam sengketa rahasia dagang yang telah mengancam sebuah pabrik di negara bagian Georgia, AS, yang sedang dibangun oleh SK untuk memasok Ford Motor Co dan Volkswagen AG.