Ahad 01 Aug 2021 14:19 WIB

Apakah Taliban Organisasi Teroris?

Definisi teroris kerap kali bias kepentingan

Pendukung Taliban membawa bendera putih tanda tangan mereka setelah mereka merebut kota perbatasan Afghanistan, Spin Boldak
Foto: Al Jazeera
Pendukung Taliban membawa bendera putih tanda tangan mereka setelah mereka merebut kota perbatasan Afghanistan, Spin Boldak

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Faisal Asegaf, Pengamat Timur Tengah dan Pendiri Al Balad.Co

Pertanyaan ini merupakan polemik: Taliban organisasi teroris atau bukan? Banyak pihak menganggap gerakan pelajar Muslim ini berjasa dalam mengusir pasukan Uni Soviet dari Afghanistan selama Perang 1979-1989 itu teroris karena menerapkan syariat Islam kaku: melarang perempuan ke luar rumah tanpa didampingi mahram.

Kebanyakan orang menganggap Taliban teroris kalau ingat peristiwa penembakan terhadap Malal Yusafzai pada Oktober 2012. Waktu itu gadis Afghanistan ini baru berumur 15 tahun dan ditembak bagian kepalanya dalam bus sepulang ujian sekolah.

Namun terminologi teroris selalu subjetif, tergantung kepentingan sebuah negara atau pihak tertentu. Bagi Amerika Serikat saat ini, Taliban mungkin saja organisasi teroris lantaran lebih dari empat ribu tentaranya tewas sejak menginvasi Afghanistan atas alasan membumihanguskan Al-Qaidah bersarang di negeri itu. Hingga akhirnya negara adikuasa ini mulai menarik pasukannya dari Afghanistan sedari 1 Mei lalu berdasarkan kesepakatan Doha dicapai pada Februari 2019.

Kenyataannya, pendudukan Amerika di Afghanistan sejak 2001 sama dengan invasi dilakoni Uni Soviet di era 1970-an sampai 1980-an. Alhasil, Taliban pun memerangi Amerika karena menganggap mereka sebagai penjajah.

Apakah sebuah gerakan perlawanan rakyat di sebuah negara terhadap pendudukan pasukan asing bisa dianggap sebagai kelompok teroris? Apakah Taliban bercita-cita membangun pemerintahan Islam inklusif di negaranya sendiri, sama seperti pemerintahan Islam di Arab Saudi dan Iran dapat dikategorikan sebagai teroris?

Taliban bukan berambisi mendirikan khilafah dunia seperti mimpi ISIS. Taliban tidak berniat membuat cabang-cabang milisi di berbagai negara seperti dilakukan Al-Qaidah. Taliban menegaskan pula tidak akan mengekspor ideologi negara Islam ke negara berpenduduk mayoritas muslim lainnya, termasuk Indonesia.

Padahal ketika Taliban berjuang menghadapi penjajahan Uni Soviet, Amerika juga ikut mendukung. Keberadaan pasukan Amerika di Afghanistan selama ini malah telah memicu perang saudara antara pasukan pemerintah Kabul dibantu koalisi internasional dipimpin Amerika menghadapi Taliban.

Faktanya, Taliban - pernah menguasai tiga perempat wilayah Afghanistan pada 1996 hingga 2001 - merupakan kekuatan politik sekaligus militer berpengaruh. Juru bicara Taliban Suhail Syahin mengatakan saat ini mereka sudah meguasai 85 persen wilayah Afghanistan.

Kenyataan itu pula membuat Taliban terlibat dalam proses dialog intra-Afghanitsn masih berjalan terseok-terseok di Doha. Fakta ini juga membuat delegasi kantor politik Taliban dipimpin Mullah Baradar, wakil dari pemimpin Taliban Maulawi Hibatullah Akhundaza, dari Doha bisa bertemu para petinggi di negara-negara tetangga, termasuk Turkmenistan, Iran, dan terakhir diterima Menteri Luar Negeri sekaligus Penasihat Negara Cina Wang Yi di Ibu Kota Beijing.

Apalagi Taliban sekarang sudah berevolusi. Juru bicara Taliban Suhail Syahin menegaskan pemerintahan Islam akan mereka dirikan menghormati hak-hak perempuan. Mereka boleh bersekolah, bekerja, mengendarai sepeda motor, atau menyetir mobil asal berjilbab (tidak wajib bercadar).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement