Mahfud-Ganjar Minta Masyarakat Tingkatkan Disiplin Prokes
Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, dan Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, mengajak masyarakat Jawa Tengah bekerja sama meningkatkan disiplin protokol kesehatan (prokes). (Foto: Menko Polhukam Mahfud MD) | Foto: ANTARA/Abriawan Abhe
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, dan Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, mengajak masyarakat Jawa Tengah bekerja sama meningkatkan disiplin protokol kesehatan (prokes). Menurut Mahfud, perlu pendekatan budaya dan personal terhadap masyarakat yang masih belum mematuhi prokes.
"Kita perlu dukungan dan perantara alim ulama, pengasuh pondok pesantren, pimpinan agama, untuk mendukung peningkatan implementasi kesehatan dan percepatan vaksinasi pada masyarakat," ujar Mahfud dalam siaran pers, Ahad (1/8).
Mahfud mengatakan, perkuatan kolaborasi dengan bekerja secara kolektif berdasarkan kesadaran bersama adalah langkah yang cukup efektif untuk menangani pandemi. Dia mengatakan, beragam organisasi masyarakat (ormas) keagamaan dan berbagai kekuatan masyarakat tidak mungkin bisa bekerja sendiri-sendiri.
"Tidak bisa juga ormas-ormas keagamaan dan berbagai kekuatan masyarakat dibiarkan bekerja sendiri, mari kolaborasinya diperkuat," kata Mahfud.
Mahfud kemudian menjelaskan, ketidakpatuhan masyarakat terhadap prokes disebabkan oleh masyarakat yang tidak tahu akan hal tersebut. Selain itu, mereka juga kerap terpengaruh hoaks atau kabar bohong yang beredar di media sosial. Oleh sebab itu, kata dia, perlu pendekatan pendekatan budaya dan personal.
"Poinnya kita akan bekerja sama, saya akan mem-follow up semua masukan, terkait dengan hoaks media sosial. Mari kita bekerja sama," tutur Mahfud.
Sementara itu, Ganjar menjelaskan, beberapa hari ini tren penyebaran Covid-19 di daerahnya menurun. Namun, Ganjar menegaskan, pandemi Covid-19 belum selesai dan masih membahayakan. Apalagi, kini dari hasil pemeriksaan didapati hampir semuanya merupakan varian delta. Karena itu dia mengajak masyarakat Jateng tetap mematuhi prokes.
"Semua punya potensi terpapar. Mulai kita temui juga tanpa gejala. Di statistik, 'yang meninggal siapa kok Jateng banyak sekali?' Yang pertama sudah sepuh, kedua yang punya komorbid, yang ketiga yang belum divaksin, keempat yang terlambat melapor," ujar Ganjar.
Ganjar menambahkan, terkait pandemi Covid-19 di Jawa Tengah, setidaknya masyarakat dapat dikategorikan dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok yang sangat percaya Covid hingga mereka paranoid dan meminum berbagai jamu untuk mencegah terpaparnya penyakit tersebut. Kedua, kelompok rasional, yang memahami 5M.
"Mereka mengerti 5M, 5M sekarang diringkas jadi 1M: manut. Manut saja. Ketiga, ini kelompok yang tidak percaya, mengatakan ini konspirasi bahkan disampaikan pada publik," kata Ganjar.
Dalam Kesempatan yang sama, Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menjelaskan, setiap peristiwa ada hikmahnya. Pun termasuk cobaan pandemi Covid-19 yang sedang menimpa seluruh umat manusia. Pandemi ini, kata dia, mengajarkan semua umat manusia untuk peduli sesama dan memperkuat solidaritas sosial.
"Pandemi ini memang cobaan, tapi di saat yang sama pandemi ini juga mengajarkan kita untuk peduli sesama dan memperkuat solidaritas sosial," ujar pria yang biasa disapa Gus Yaqut itu.
Menurut Gus Yaqut, pandemi tidak bisa dihadapi dan diselesaikan sescara head to head atau satu lawan satu. Dia menyatakan, semua elemen masyarakat harus bersatu untuk melawan penyakit yang mendunia tersebut, khususnya pemerintah, masyarakat, dan para tokoh agama. Tidak bisa satu pihak egois memikirkan dirinya sendiri saja.
"Tentu kita tidak bisa membiarkan atau secara sembunyi egois melawan pandemi ini. kita harus bersama-sama baik itu masyarakat, tokoh agama, maupun pemerintah. Tidak bisa kita selesaikan head to head satu lawan satu, harus kita keroyok bersama," ujar Gus Yaqut.