REPUBLIKA.CO.ID, Kebahagiaan sedang menyelimuti Kelompok Tani Ngudi Rejeki. Di akhir Juli 2021 kebun jeruk garapan Kelompok Tani Ngudi Rejeki di lahan milik petani Mbah H Madyo Suwito di Desa Gambarsari, Kelurahan Jurang Jero, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, memasuki masa panen.
Panen raya pun dihadiri Penewu Ngawen, Slamet Winarno dan PPL Kapanewon Ngawen, Sunaryo. Slamet memberikan semangat kepada para petani dan tidak lupa tetap bersyukur atas panen tahun ini.
“Tetap semangat meningkatkan produksi, semoga panennya melimpah, hasilnya barokah,” kata Slamet, Jumat (30/7).
Musim kemarau tahun ini yang tidak panjang membuat tanaman jeruk tumbuh baik dan menghasilkan buah yang berkualitas. Namun, panen raya jeruk dinilai akan lebih maksimal jika didukung dengan pengairan yang memadai. Mbah H Madyo Suwito mengatakan, pengairan tanaman di lahan miliknya hanya mengandalkan air tadah hujan, sehingga akan lebih baik apabila ketersediaan air tercukupi.
“Tanaman jeruk saya banyak yang mati, buahnya pada alum (layu- bahasa Jawa, Red) karena kekurangan air. Biasanya musim kemaraunya panjang,” kata Mbah Madyo. Karena itu, Mbah Madyo berharap ada bantuan sumur bor untuk mendapatkan pengairan yang cukup sehingga produksi jeruk meningkat.
Selain masalah pengairan, petani di Desa Gambarsari juga mengeluhkan harga jeruk yang rendah. Situasi itu lantaran akses jalan menuju lokasi pertanian jauh dari memadai. “Satu kilo hanya Rp 8.000 karena biaya angkutnya mahal, jalannya rusak," kata Mbah Madyo.
Para petani pun memerlukan bantuan pupuk dan pengendalian hama sehingga panen selanjutnya dapat lebih maksimal. Sebab menurut Mbah Madyo, Kelompok Tani Ngudi Rejeki ke depannya akan melakukan pengembangan tanaman buah lainnya seperti durian dan alpukat.
Harapan itu pun disambut baik Penewu Ngawen yang mempersilakan para petani membuat usulan proposal alat apa saja yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan hasil produksi jeruk dan tanaman lainnya.
PENGIRIM: Muryani, Gunung Kidul.