Senin 02 Aug 2021 09:17 WIB

Presiden Afghanistan: Taliban tak Harapkan Perdamaian

Presiden Afghanistan ungkap selama dua dekade terakhir Taliban kian kejam dan opresif

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berbicara selama ketersediaan media setelah pertemuannya dengan Presiden Joe Biden di Washington, Jumat, 25 Juni 2021.
Foto: AP/Alex Brandon
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berbicara selama ketersediaan media setelah pertemuannya dengan Presiden Joe Biden di Washington, Jumat, 25 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan, selama dua dekade terakhir Taliban kian kejam dan opresif. Hal itu disampaikan saat Taliban mulai merebut dan menguasai kembali sejumlah wilayah di negara tersebut.

“Ya, mereka (Taliban) telah berubah, tapi secara negatif. Mereka tidak mengharapkan perdamaian, kesejahteraan, atau kemajuan,” kata Ghani pada Ahad (1/8) dilaporkan laman Asian News International.

Baca Juga

Dia mengungkapkan, pemerintah ingin berdamai. Namun Taliban, dalam pandangan Ghani, menginginkan pemerintah dan rakyat menyerah kemudian tunduk pada mereka.

Pada Ahad lalu, Taliban melancarkan serangan roket ke bandara Kandahar. Aksi itu dilakukan guna menggagalkan operasi serangan udara yang hendak dilakukan pasukan Pemerintah Afghanistan. “Bandara Kandahar menjadi sasaran kami karena musuh menggunakannya sebagai pusat untuk melakukan serangan udara terhadap kami,” kata juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid saat diwawancara Reuters.

Akibat serangan itu, semua penerbangan di bandara Kandahar ditangguhkan. Sebab tiga roket yang diluncurkan turut merusak landasan pacu. Belum ada laporan mengenai korban jiwa atau luka akibat serangan tersebut.

Afghanistan kembali bergejolak setelah Amerika Serikat (AS) memutuskan menarik seluruh pasukannya dari negara tersebut. Selama ini, Washington merupakan sekutu utama Kabul dalam memerangi Taliban. Proses penarikan personel militer AS ditetapkan tuntas pada 11 September mendatang.

Momen penarikan pasukan AS itu dimanfaatkan Taliban untuk mengintensifkan kampanye serangan ke berbagai wilayah di Afghanistan. Taliban dilaporkan telah menguasai separuh dari 419 distrik di negara tersebut.

Pada Februari tahun lalu, Taliban dan AS telah terlebih dulu mencapai kesepakatan damai. Penarikan pasukan asing dari Afghanistan merupakan salah satu poin yang tercantum dalam perjanjian damai yang disepakati kedua belah pihak. Taliban menolak melakukan pembicaraan damai dengan Pemerintah Afghanistan jika pasukan asing belum hengkang.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement