REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Firaun di dalam tidurnya bermimpi tentang datangnya api dari arah Baitul Muqaddas, lalu membakar seluruh rumah di Mesir dan semua rumah milik bangsa Qibthi. Tetapi api tersebut tidak membahayakan bani Israil.
Para dukun lalu menafsirkan mimpi itu. Mereka mengatakan akan ada seorang anak yang dilahirkan di kalangan bani Israil. Anak itu akan menjadi penyebab hancurnya bangsa Mesir. Kisah ini diceritakan Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam bukunya Al-Bidayah Wan-Nihayah yang diringkas Ahmad Al Khani.
Firaun kemudian memerintahkan pasukannya membunuh seluruh bayi laki-laki. Ia memerintahkan melakukan pembunuhan bayi laki-laki dalam jangka waktu setahun. Setahun kemudian berhenti, dan satu tahun selanjutnya melakukan pembunuhan bayi laki-laki lagi.
Nabi Harun dilahirkan pada tahun saat pembunuhan bayi laki-laki sedang dihentikan. Sedangkan Nabi Musa dilahirkan pada tahun pembunuhan bayi laki-laki harus dijalankan.
Kemudian Allah memberikan kata-kata penghibur di dalam hati ibu Nabi Musa. "Janganlah engkau takut dan bersedih, karena jika anak laki-laki kamu hilang, Allah akan mengembalikannya kepadamu. Allah akan menjadikannya seorang Nabi dan Rasul."
Lalu, Nabi Musa yang masih bayi dimasukkan dalam peti kayu dan dihanyutkan ke sungai Nil oleh ibunya. Nabi Musa yang hanyut ditemukan oleh para dayang dalam keadaan tersimpan di dalam peti kayu yang tertutup.
Ketika istri Firaun melihat bayi Nabi Musa, ia sangat mencintainya. Namun ketika Firaun melihatnya, ia langsung memerintahkan membunuh bayi tersebut. Akan tetapi istrinya memintanya dari Firaun dan melindunginya dengan berkata, "Ia adalah penyejuk mata hati bagi aku dan kamu."