REPUBLIKA.CO.ID, – Alquran sebagai pedoman umat Islam banyak memuat peristiwa-perisitwa masa lalu dan sejarah umat terdahulu. Jika ditelesuri lebih dalam, kita juga dapat menemukan kaum borjuis di dalam Alquran yang menentang para penyeru ajaran Allah SWT.
Tidak hanya itu, orang kaya tersebut juga mencelakai dan menganiaya utusan Allah. Kaum Borjuis ini membawa kesengsaraan kepada umat manusia dan mereka adalah pelopor dari setiap penyimpangan dan kesesatan.
Dilansir dari alukah, Allah yang Mahaperkasa dan Maha-agung telah menceritakan kepada umat Islam tentang orang-orang kaya atau borjuis dalam kitab suci Alquran. Hal ini sebagai contoh dan peringatan bagi umat manusia.
1. Pemilik dua kebun
Kaum borjuis pertama dalam Alquran adalah pemilik dua kebun. Kisah pria kaya tersebut diceritakan di dalam surat Al Kahfi. Allah SWT berfirman:
وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا * وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا * وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا * قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا
“Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: ‘Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat’, dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata, ‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya’, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu’.
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya-sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?.” (QS Al Kahfi ayat 34-37).
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir berkata, pemilik dua kebun tersebut teperdaya ketika melihat kesuburan tanam-tanamannya, buah-buahan, dan pepohonannya, serta sungai-sungai yang mengalir di dalam kebun-kebunnya itu, hingga ia menduga bahwa kebun-kebunnya itu tidak akan lenyap, tidak akan habis, tidak akan rusak, dan tidak akan binasa.
Demikian itu karena kedangkalan akalnya, kelemahan keyakinannya kepada Allah SWT, kekagumannya kepada kehidupan dunia dan perhiasannya, serta keingkarannya terhadap kehidupan di akhirat. Karena itulah disebutkan firman selanjutnya, menyitir perkataannya: “Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang.” (QS Al Kahfi 36).