REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto, menilai baliho partai politik yang menampilkan elitenya di tengah pandemi Covid-19 justru tak memberikan kecerdasan politik bagi masyarakat. Sebaliknya, ia menilai langkah tersebut merupakan bentuk narsisme politik.
Ia mengatakan, ada tiga indikasi yang menunjukkan bahwa tokoh yang ditampilkan dalam baliho-baliho tersebut menunjukkan rasa narsis terhadap dirinya. Pertama, mereka ingin perhatian masyarakat terpusat padanya saat ini.
"Pandangan memusat pada diri sendiri, seperti merasa 'saya adalah yang primer, yang lain hanya sekunder'," ujar Arif dalam sebuah diskusi daring, Senin (2/8).
Kedua, mereka yang ditampilkan dalam baliho adalah sosok yang memiliki kewenangan dalam pengambilan kebijakan penanganan Covid-19. Karena itu, ia menilai bahwa mereka merasa memiliki peran yang penting saat ini.
"Adanya signifikan berlebihan, akibatnya mungkin mereka tidak terlalu peduli dengan situasi rumah sakit penuh, banyak orang terkena pandemi. Jadi pesan-pesan soal iman, amin, imun itu berjarak dibandingkan dengan yang sungguh-sungguh terjadi," ujar Arif.
Terakhir, ia melihat adanya penyempitan empati dari para elite politik saat ini. Sebab, menampilkan baliho-baliho tersebut seakan-akan tak menunjukkan keprihatinannya terhadap masyarakat yang terdampak akibat Covid-19.
"Bencana disalahgunakan sebagai alat untuk menegaskan peran dan dominasi politik," ujar Arif.
Saat ini di sejumlah wilayah sudah terpampang baliho-baliho yang menampilkan elite partai politik. Beberapa di antaranya adalah Ketua DPR sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani, Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar.