Selasa 03 Aug 2021 12:57 WIB

Jumlah Kasus Harian Menurun, BOR RS di Solo Mulai Berkurang

Sejak akhir pekan lalu, kasus harian di bawah 200 per hari.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Mas Alamil Huda
Universitas Sebelas Maret (UNS) mengoperasionalkan Rumah Sehat 2 untuk isolasi mandiri pasien Covid-19 tanpa gejala hingga bergejala ringan di gedung E Asrama Mahasiswa UNS di Ngoresan, Jebres, Solo, mulai Rabu (28/7).
Foto: dok. Humas UNS
Universitas Sebelas Maret (UNS) mengoperasionalkan Rumah Sehat 2 untuk isolasi mandiri pasien Covid-19 tanpa gejala hingga bergejala ringan di gedung E Asrama Mahasiswa UNS di Ngoresan, Jebres, Solo, mulai Rabu (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Angka penularan Covid-19 di Kota Solo, Jawa Tengah, menunjukkan penurunan. Beberapa waktu lalu, kasus harian berada di angka 200-300 per hari. Sejak akhir pekan lalu, kasus harian di bawah 200 per hari. Hal tersebut berdampak pada tingkat keterisian tempat tidur pasien (BOR) Covid-19 di sejumlah rumah sakit rujukan di Solo.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, menyebutkan, angka BOR ICU Covid-19 masih di angka 94 persen, sedangkan BOR isolasi Covid-19 sebesar 72 persen. "Mudah-mudahan ini bisa turun terus. Ini juga kerja sama seluruh pihak, termasuk kerja sama rumah sakit di luar Solo. Mari segera ditangani, sehingga yang dirujuk itu tidak kondisi yang jelek. Makin cepat tertangani makin baik. Mudah-mudahan turun terus," kata Siti kepada wartawan, Senin (2/8).

Selama ini, sebagian besar pasien Covid-19 yang dirawat di Solo berasal dari luar kota. Siti menyatakan, penurunan BOR kontribusi dari menurunnya jumlah pasien termasuk dari Solo.

"Solo sendiri kasusnya turun, kemarin angka depannya sempat 3, 4, 5, sekarang kan angka depannya 1, meskipun masih tiga digit. Mudah-mudahan hari ini turun lagi, besok turun lagi," imbuhnya.

Di samping itu, pasien Covid-19 bergejala ringan sudah menjalani isolasi di lokasi terpusat. Hal itu mencegah gejala ringan menjadi sedang atau berat. Sehingga tidak perlu dirujuk ke rumah sakit.

"Paling tidak, ini mengurangi risiko klaster keluarga dan pengamatan kami lebih terfokus kalau ada apa-apa segera dirujuk," jelas Siti.

Dia menambahkan, penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga berkontribusi terhadap penurunan kasus Covid-19. PPKM dinilai menjadi upaya pengendalian Covid-19 di hulu yang harus benar-benar dipatuhi.

"Saya berharap sebetulnya masyarakat itu jangan merasa dipaksa dengan PPKM ini, tapi itu suatu kebutuhan kita sebetulnya. Kalau masyarakat ingin selamat segera bangkit ya itu sebagai kebutuhan. Saya selalu sampaikan bahwa protokol kesehatan itu sebagai gaya hidup sebagai kebutuhan bukan sebagai kewajiban," pungkasnya.

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengakui penyebaran Covid-19 di Solo Raya sudah mulai landai. Dia berharap pekan depan atau dua pekan lagi sudah mulai bisa dikendalikan. Dia juga bersyukur berbagai bantuan terus berdatangan. Seperti bantuan oksigen dari Shopee dan Bank Indonesia (BI).

"Harapannya jangan sampai kepakai soalnya BOR-nya sudah mulai menurun. BOR-nya masih tinggi, BOR ICU masih di angka 94 persen, BOR isolasi 72 persen," ujar Gibran.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Kota Solo, jumlah kasus penyebaran Covid-19 per Senin (2/8) secara kumulatif mencapai 23.813 dengan kasus aktif sebanyak 1.945 orang. Kasus aktif tersebut rinciannya, 1.715 orang isolasi mandiri/terpusat dan 230 pasien menjalani perawatan.

Sedangkan 20.941 orang telah dinyatakan sembuh/pulang, serta 927 orang meninggal dunia. Pada Senin, terdapat penambahan kasus baru sebanyak 151 orang terkonfirmasi positif Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement