Selasa 03 Aug 2021 13:06 WIB

Kementan Jelaskan Penyebab Turunnya Harga Gabah

Meski ada penurunan, Kementan menilai level harga gabah saat ini masih cukup baik

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Gita Amanda
Petani mengayak gabah, (ilustrasi).  Meski tengah mengalami penurunan, Kementan menilai level harga gabah saat ini masih cukup baik bagi petani.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Petani mengayak gabah, (ilustrasi). Meski tengah mengalami penurunan, Kementan menilai level harga gabah saat ini masih cukup baik bagi petani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan), menjelaskan, penurunan harga gabah yang terjadi selama Juli merupakan akumulasi dari berbagai faktor produksi sejak musim tanam akhir tahun 2020. Meski tengah mengalami penurunan, Kementan menilai level harga gabah saat ini masih cukup baik bagi petani.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), harga gabah kering panen (GKP) pada Juli 2021 dihargai Rp 4.311 per kg, turun hingga 5,17 persen dari bulan sebelumnya sebesar Rp 4.546 per kg. Adapun gabah kering giling (GKG) dihargai Rp 4.874 per kg, turun 1,81 persen dari bulan Juni yang sebesar Rp 4.964.

Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Ismail Wahab, mengatakan, pada musim tanam pertama lalu yang dimulai biasanya masif dimulai November, dipercepat menjadi Oktober 2020. Itu karena kondisi iklim La Nina di mana terdapat persediaan air yang cukup untuk mempercepat penanaman.

"Sehingga hasil panen dari mulai Januari itu sudah banyak, yang biasanya pada bulan-bulan itu sering bermasalah karena masih masa pertanaman," kata Ismail kepada Republika.co.id, Selasa (3/8).

Ismail mengatakan, hingga saat ini, curah hujan masih terdapat di sejumlah sentra perberasan sehingga mendukung kegiatan pertanaman padi sehingga terus menghasilkan produksi beras hingga saat ini.

Di sisi lain, ia mengakui permintaan terhadap beras tengah menurun akibat pembatasan aktivitas masyarakat saat ini. Ia mencontohkan, seperti acara-acara besar yang biasa digelar dan meningkatkan konsumsi beras kini sangat berkurang. Hal itu secara langsung berdampak pada volume konsumsi beras.

Kendati tengah mengalami penurunan, Ismail menilai rata-rata harga gabah saat ini masih cukup baik bagi petani. Pasalnya, masih berada di atas harga acuan pemerintah sebesar Rp 4.200 per kg untuk GKP.  

Sebelumnya, Menteri Pertanian menyatakan, total produksi beras hingga Juni 2021 ditaksir mencapai 17,5 juta ton sementara konsumsi pada waktu yang sama sebanyak 14,6 juta ton. Dengan kata lain, terdapat surplus beras sekitar 3 juta ton.

"Tetapi kita ada stok beras sisa tahun 2020 kurang lebih 7,3 juta ton sehingga diperkirakan total stok beras kita sangat siap sampai 9-10 juta ton," kata Syahrul.

Adapun pada musim penanaman dan panen kedua ditargetkan penanaman padi di lahan seluar 5 juta hektare dengan target produksi 14 juta ton. Menurut dia, dengan target tersebut sudah sangat mencukupi konsumsi beras yang juga sebesar 14 juta ton lantaran stok surplus saat ini cukup besar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement