Pembangkit Gempa Pagai-Mentawai Berada di Zona Potensial
Red: Agus Yulianto
Dr. Daryono (Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG) | Foto: Dok. Pri
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangkit gempa dengan magnitudo 5,9 yang terjadi pada Selasa pukul 05.48 WIB di barat Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, beradadi zona megathrust Segmen Mentawai-Pagai yang merupakan zona sumber gempa potensial.
Menurut Daryono pejabat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), segmen sumber gempa Mentawai-Pagai yang menjadi pembangkit gempa pagi ini merupakan zona sumber gempa potensial yang mampu membangkitkan gempa dengan magnitudo tertarget 8,9. Menurut dia, gempa itu pusatnya berada di laut pada kedalaman 21 km di koordinat 3,23 derajat Lintang Selatan dan 100,11 derajat Bujur Timur, sekira 25 km arah barat Pulau Pagai Selatan.
"Gempa tersebut, merupakan jenis gempa dangkal yang terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia, tepatnya di zona megathrust Segmen Mentawai-Pagai," ujar Daryono, Selasa (3/8).
Dikatakannya, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa Pagai Selatan ini memiliki mekanisme pergerakan naikyang menjadi ciri khas gempa yang bersumber di zona megathrust. Kata dia, guncangan gempa itu dirasakan pada skala intensitas IV-V MMI di Pulau Pagai Selatan dan membuat warga berhamburan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri.
Di Mukomuko, ProvinsiBengkulu, gempa dirasakan pada skala intensitas III-IV MMI, dirasakan oleh warga yang berada di dalam maupun di luar rumah. Sedangkan di Padang dan Pariaman gempa dirasakan pada skala II-III MMI dan di Kepahiang, Kota Bengkulu, dan Curup gempa dirasakan pada skala II MMI.
Pada skala II MMI getaran hanya dirasakan oleh beberapa orang dan pada skala III MMI getaran terasa nyata di dalam rumah seolah ada truk berlalu. Daryono menjelaskan, bahwa peta tingkat guncangan gempa menunjukkan Pulau Pagai Selatan mengalami guncangan pada skala intensitas V MMI. Guncangan pada skala tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan.
Kendati demikian, Daryono mengatakan, susunan batuan keras di wilayahPulau Pagai kemungkinan bisa menekan risiko timbulnya kerusakan akibat gempa. Hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan yang timbul akibat gempa dan hasil pemodelan menunjukkan gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Menurut Daryono, lokasi gempa di Pulau Pagai Selatan dekat dengan lokasi gempa dengan magnitudo 7,7 yang memicu tsunami pada 25 Oktober 2010. Gempa dengan magnitudo 7,7 tersebut menyebabkan 408 orang meninggal dunia dan 303 orang hilang.
"Hanya saja Gempa Pagai 2010 pusatnya dekat ke deformation front, sementara gempa pagi ini pusatnya lebih dekat ke arah Pulau Pagai Selatan," kata Daryono.
BMKG semula menyatakan, bahwa gempa dengan magnitudo 6,0 terjadi pada Selasa pukul 05.48 WIB dan pusat gempa itu berada di laut pada kedalaman 10 km di koordinat 3,17 Lintang Selatan dan 100,18 Bujur Timur, 123 km barat daya Mukomuko. Namun, BMKG kemudian menyampaikan pemutakhiran informasi, menyatakan bahwa gempa tersebut bermagnitudo 5,9 dan epesinternya berada pada kedalaman 21 km di 3,23 Lintang Selatan dan 100,11 Bujur Timur, 135 km arah barat daya Mukomuko.
Setelah itu, Daryono menyatakan, bahwa pusat gempa dengan magnitudo 5,9 yang terjadi pada Selasa pukul 05.48 WIB berada di laut pada kedalaman 21 km di koordinat 3,23 derajat Lintang Selatan dan 100,11 derajat Bujur Timur, sekira 25 km arah barat Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Mentawai, SumateraBarat.