REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Ade Armando mengatakan, hibah Rp 2 triliun dari keluarga Akidi Tio untuk penanganan Covid-19, saat ini, memang masih simpang siur. Ade mengatakan, ada banyak kemungkinan dibaliknya, mulai dari uangnya yang tidak bisa dicairkan hingga uangnya yang memang tidak ada.
"Tapi, janganlah kita kritik pemerintah, dalam hal ini polisi karena tidak berhati-hati. Karena tidak ada yang dirugikan loh, harus kita akui," ujar dia kepada Republika, Selasa (3/8).
BACA JUGA: Sakit Hati, Pria Bunuh Pemilik Warkop di Cilendek Bogor
Ade tak menampik, Kepolisian hingga Pemda Sumatera Selatan memang dibohongi oleh keluarga Akidi Tio, jika dana hibah itu memang tidak ada. Namun demikian, kebohongan itu dinilai Ade tidak merugikan.
"Gak apa-apa juga dong, kecuali ditipu atau kepolisian sudah mengeluarkan dana untuk mencari uang itu. Ini kan nggak," ujarnya.
Dikatakannya, semua pihak termasuk dirinya memang terkena tipu dalam konteks prank. Tetapi, praduga tak bersalah dia sebut harus tetap diutamakan dalam kasus ini.
"Siapa yang dirugikan? Kalau ini dibilang prank, ya taruhlah ini memang prank supaya dana di Singapura itu bisa dicairkan. Tidak ada penipuan, uangnya tidak ada ya udah," tutur dia.
BACA JUGA: PHK Massal Ancam Pekerja Sektor Pariwisata di Indramayu
Ade menambahkan, jika ke depannya dana hibah Akidi Tio memang tidak ada, kebohongan tersebut memang tidak pantas. Dia menyebut, hal itu juga bisa membuat banyak pihak sakit hati.
"Kalau itu sengaja berbohong, memang tidak pantas. Tapi, kan masih ada banyak kemungkinan lainnya," ungkap dia.