Selasa 03 Aug 2021 15:56 WIB

Menkeu: Sulit Pulihkan Ekonomi Jika Andalkan Perbankan

Sektor keuangan Tanah Air sangat bergantung pada kesehatan dan kinerja perbankan

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sektor keuangan belum dapat berkontribusi optimal untuk mendorong pemulihan ekonomi. (ilustrasi)
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sektor keuangan belum dapat berkontribusi optimal untuk mendorong pemulihan ekonomi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut saat ini pemulihan ekonomi masih sulit tercapai karena sektor keuangan masih bergantung terhadap kinerja perbankan. Tercatat perbankan mendominasi sektor keuangan di Indonesia sebesar 70 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan sektor keuangan belum dapat berkontribusi optimal untuk mendorong pemulihan ekonomi. Apalagi sektor yang lain seperti pasar modal, asuransi hingga dana pensiun, penetrasinya masih terlalu dangkal.

Baca Juga

“Dominasi sektor perbankan, ini berarti kita sangat tergantung vulnerable pada kesehatan dan kinerja perbankan. Padahal mayoritas perbankan juga masih tertekan dan tak dapat menyalurkan kredit di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya saat acara Virtual Opening Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like IT), Selasa (3/8).

Sri Mulyani menyebut jika hanya mengandalkan sektor perbankan maka pemulihan ekonomi menjadi lebih berat. Sebab masa pandemi Covid-19 perbankan dituntut melakukan restrukturisasi kepada nasabahnya.

Hal ini membuat pertumbuhan kredit melambat, bahkan negatif. Sedangkan salah satu indikator ekonomi mulai pulih adalah kredit bisa tumbuh signifikan.

"Ini berarti Kredit growth kita negatif. Akan sangat sulit memulihkan ekonomi sebelum sektor keuangan juga memulihkan kredit growth-nya, sektor keuangan dalam situasi yang belum berkontribusi pemulihan secara kuat," ucapnya.

Bahkan menurutnya, meskipun pemerintah menaikkan anggaran penanggulangan pandemi, pemulihan ekonomi akan tetap sulit dicapai. Apalagi jika saat ini pertumbuhan kredit tercatat negatif, maka pemulihan ekonomi menjadi lebih lambat karena hanya mengandalkan satu mesin pertumbuhan saja, yaitu pemerintah.

“Kita harap perbankan terus secara bertahap mengembalikan fungsi intermediasi terutama dari sisi kredit channeling," ucapnya.

Namun dari sisi lain, Sri Mulyani mengakui kondisi ini menjadi refleksi bagi pemerintah untuk memperdalam sektor keuangan dan tidak hanya bergantung pada perbankan saja. Menurutnya indikator aset sektor keuangan terhadap GDP Indonesia masih rendah.

Hal tersebut terjadi semua sektor seperti aset perbankan, kapitalisasi pasar modal aset industri asuransi, hingga dana pensiun rasio terhadap GPD masih rendah. Bahkan Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

"Ini harus kita sikapi dengan oh ternyata kita perlu dan masih memiliki pekerjaan rumah untuk memperdalam sektor keuangan. Kita harus menemukan cara untuk meningkatkan pasar keuangan dan literasinya. Karena orang tidak akan bisa terjun tanpa memiliki basic literasi dan pemahaman," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement