REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut prihatin karena tidak kurang dari 900 ulama di seluruh Indonesia telah meninggal dunia di tengah pandemi Covid-19. Sehubungan dengan itu, MUI terdorong untuk mengambil langkah lebih jauh dalam upaya membantu mengatasi pandemi Covid-19 dan dampaknya.
Ketua Gerakan Nasional (Gernas) Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi MUI, Lukmanul Hakim, mengatakan, MUI berkomitmen untuk mengambil langkah lebih jauh dan lebih besar dari apa yang sudah dilakukan MUI. Sehingga MUI meluncurkan Gernas Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi MUI.
"Korban pandemi ini sudah jutaan yang meninggal, saya kira arahan pertemuan wakil presiden dengan pimpinan MUI, para alim ulama, tokoh agama, habib pada 12 Juli adalah sebuah momentum bersama, saat itu kita sepakat yang harus menanggulangi pandemi Covid-19 dengan berbagai dampaknya itu bukan pemerintah, bukan TNI-Polri, bukan ormas, tapi kita harus bersama-sama menghadapi pandemi ini," kata Lukmanul saat peluncuran Gernas Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi, Selasa (3/8).
Ia mengatakan, MUI melihat dampak pandemi Covid-19 ini sangat besar. Jika tidak diatasi bersama maka tidak akan selesai-selesai. Ia menegaskan, semua harus sepakat untuk berjalan bersama-sama antara pemerintah, ulama dan umat dalam mengatasi pandemi ini.
"Kami juga menyaksikan kemarin dalam masa tinggi-tingginya (penularan) Covid-19, pertolongan pertamanya sangat sulit sekali (didapat), kami menyaksikan bagaimana tokoh ulama kesulitan mendapatkan oksigen," ujarnya.
Lukmanul mengatakan, kebutuhan akan oksigen selama ini tidak pernah diperhitungkan, ternyata pada masa pandemi ini menjadi sesuatu yang sangat berharga. Kondisi ini menggugah MUI untuk melakukan persiapan-persiapan untuk menghadapi hari yang akan datang.
"Sehingga gerakan nasional ini (Gernas Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi) juga fokus terhadap penanggulangan Covid-19 dari mulai pertolongan pertama, isolasi mandiri sampai kepada pemulasaraan jenazah," ucap dia.