REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sifat wara' dapat menghindarkan diri terjerumus dalam setiap perbuatan buruk. Wara' berarti berhati-hati terhadap segala hal yang mempunyai potensi keburukan sehingga dengan kehati-hatian itu ia dapat memilih jalan yang baik lagi maslahat.
Rasulullah SAW telah mengungkapkan beberapa alasan mengapa seorang Muslim harus memiliki sifat wara'. Keterangan ini dapat ditemukan di dalam kitab Wasiyatul Mustofa yang disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi'i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syaran.
Berikut tiga alasan bagi seorang Muslim untuk memiliki sifat wara'.
Iman tak sempurna tanpa punya sifat wara'
يَا عَلِيُّ، لَا دِيْنَ لِمَنْ لَا خَشْيَةَ لَهُ وَلَا عَقْلَ لِمَنْ لَا عِصْمَةَ لَهُ وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا وَرَعَ لَهُ وَلَا عِبَادَةَ لِمَنْ لَا عِلْمَ لَهُ وَلَا مُرُوْءَةَ لِمَنْ لَا صَدَقَةَ لَهُ وَلَا أَمَانَ لِمَنْ لَا سِرَّ لَهُ وَلَا تَوْبَةَ لِمَنْ لَا تَوْفِيْقَ لَهُ وَلَا سَخَاءَ لِمَنْ لَا حَيَاءَ لَهُ
Wahai Ali tidak ada agama bagi orang yang tidak punya rasa takut (maksudnya segala perbuatan maksiat dikerjakan tanpa ada rasa takut akan hari pembalasan maka orang tersebut sama seperti tidak memiliki agama), tidak ada akal bagi seseorang yang tidak bisa menjaga (maksudnya orang yang tidak dapat menjaga ucapan dan perilakunya sama seperti orang yang hilang punya akal alias orang gila. Sebab fungsi akal itu adalah untuk mengontrol perilaku dan ucapan), tidak ada iman bagi seseorang tanpa memiliki sifat wara', tidak ada ibadah bagi seseorang tanpa ilmu (ibadah menjadi sia-sia bila seorang hamba tidak tahu ilmunya. Semisal ibadah sholat tapi tidak mengetahui adanya syarat sah dan batalnya sholat dan lainnya). Dan tidak ada kehormatan bagi seseorang yang tidak sedekah (maknanya oang yang pelit tidak akan pernah terhormat), tidak aman bagi orang yang tidak bisa menjaga rahasia, tidak ada taubat orang yang tidak ada taufik (maknanya dalam taubat selain ada ucapan taubat harus disertai perbuatan sungguh-sungguh untuk meninggalkan dosa yang telah dilakukan dan sungguh-sungguh mengerjakan kebajikan maka dengan itu taubatnya tidak menjadi sia-sia), tidak ada kedermawanan tanpa adanya rasa malu (maknanya orang yang tak punya malu dia akan selalu menjadi peminta-minta, sedangkan orang yang punya malu pasti akan berusaha menjadi orang yang memberi).