Selasa 03 Aug 2021 19:30 WIB

Pernah Kecewa Usai Memberi ke Seseorang? Ini Kata Gus Baha 

Gus Baha mengingatkan agar memberi seseorang murni karena Allah SWT

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Gus Baha mengingatkan agar memberi seseorang murni karena Allah SWT.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Gus Baha mengingatkan agar memberi seseorang murni karena Allah SWT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Hendaknya dalam beramal tidak karena apa pun kecuali karena Allah SWT. Sebab dengan begitu, akan mudah melakukan amal dan terhindarkan dari sakit hati ataupun putus asa. 

Sebaliknya, orang yang melakukan amal karena berharap imbalan makhluk, berarti orang tersebut telah didikte dalam beramal, yang membuatnya akan mudah merasa sakit hati bila tujuannya tidak tercapai.

Baca Juga

Hal ini diungkapkan pakar tafsir dan fiqih yang juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran, Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Alquran (LP3iA) Narukan, Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, dalam halal bi halal bersama Dharma Wanita Persatuan Kementerian Agama yang disiarkan virtual melalui akun resmi YouTube Official LP3iA, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika.        

"Ulama itu hanya hubungannya dengan Allah SWT, tidak pakai ilmu sosial itu bisa jengkelkan. Misal kalau saya baik sama tetangga, (lalu) tetangga nggak baik itu kan bisa jengkelkan. Baik sama tamu, tapi tamunya kurang sopan malah jengkelkan. Sehingga Nabi itu kalau menyuruh kebaikan kepada orang lain itu atas namakan Allah, sehingga kalau jengkel itu mudah memaafkan," katanya. 

Gus Baha menceritakan seorang pemuda yang mengundang seorang ulama datang ke rumahnya. Sesampainya ulama itu di rumahnya, pemuda tersebut justru bersikap tidak sopan kepada ulama itu. Namun, tak ada kemarahan dari wajah ulama. Justru wajahnya memancarkan kegembiraan. 

Setelah terulang beberapa kali, pemuda itu menanyakan alasan ulama tersebut tidak marah. Ulama itu menjelaskan bahwa kehadirannya ke rumah pemuda itu semata-mata memenuhinya perintah Allah untuk memuliakan tetangga. Dia tidak memedulikan sikap tak sopan pemuda tersebut yang mengundangnya.  

Dari kisah tersebut, Gus Baha mengatakan bahwa beramal dengan disandarkan pada makhluk hanya akan menimbulkan kekecewaan. Sementara amal yang disandarkan pada Allah akan mendatangkan ketenangan.  

"Ini yang dibutuhkan dalam berbangsa dan bernegara. Memberi itu ibadah dan heroik. Bayangkan kalau hubungan masyarakat dan negara ini memberi, zaman sebelum merdeka tentara-tentara itu dibantu orang-orang kampung itu hanya dengan ketela dengan makanan kampung, tapi hubungannya itu memberi, berkahnya itu bisa merdeka. Tapi kalau hubungannya mendapat orang itu tidak akan puas. Jadi menata bangsa ini dimulai dari mental memberi. Memaafkan juga sama mulailah dari mental memberi maaf," katanya.  

Seorang yang mempunyai mental memberi dan memaafkan jauh lebih tinggi dibandingkan yang meminta. Karena itu, menurut dia, mental memberi dan memaafkan dapat diterapkan dalam setiap sendi kehidupan, baik di tengah hubungan keluarga, hubungan antarkomunitas agama, maupun hubungan berbangsa dan bernegara.    

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement