REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan pada Selasa (3/8), bahwa ia melihat Iran berani bertindak secara negatif di Timur Tengah. Tindakan itu di antaranya membahayakan pelayaran, mempersenjatai Houthi Yaman, dan berkontribusi pada kebuntuan politik di Lebanon.
"Di seluruh kawasan, Iran terus menjadi berani," ujar Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan kepada sebuah lembaga think tank Amerika Serikat.
Pangeran Faisal menyinggung laporan bahwa pasukan yang didukung Iran diyakini telah menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Uni Emirat Arab. "Iran sangat aktif di kawasan itu dengan aktivitas negatifnya, apakah itu terus memasok senjata kepada Houthi atau membahayakan pengiriman di Teluk Arab, yang kami terima laporannya hari ini yang mungkin mengindikasikan aktivitas tambahan di sana," katanya.
Iran, menurut Pangeran Faisal, juga telah mendukung kebuntuan politik yang telah merusak ekonomi Beirut. Dia menegaskan sikap Riyadh yang dapat hidup dengan versi kesepakatan nuklir 2015 yang lebih lama dan lebih kuat dengan kekuatan dunia jika memastikan Teheran tidak pernah memperoleh senjata nuklir.
"Kami tentu mendukung kesepakatan dengan Iran selama kesepakatan itu memastikan bahwa Iran sekarang atau tidak akan pernah mendapatkan akses ke teknologi senjata nuklir," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi itu.
Pangeran Faisal mengatakan bahwa Arab Saudi akan menyambut Iran yang berkontribusi pada stabilitas dan kemakmuran regional. "Tapi itu akan membutuhkan (Iran) terlibat di kawasan itu sebagai aktor negara dengan cara yang normal, tidak mendukung milisi, tidak mengirim senjata ke kelompok bersenjata, dan yang paling penting, menghentikan program nuklir yang mungkin digunakan untuk mengembangkan senjata nuklir," katanya.