Rabu 04 Aug 2021 11:37 WIB

Transportasi Dorong Deflasi di Sumbar Pada Juli 2021

Tarif transportasi terpaksa turun akibat PPKM sehingga menyebabkan deflasi di Sumbar

Rep: Febrian Fachri / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Angkutan kota (angkot) menunggu penumpang, di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat.  Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat, Wahyu Purnama, menyatakan kelompok transportasi telah mendorong terjadinya deflasi di Sumbar selama Juli 2021 lalu. Nilai deflasi yang terjadi sebesar 0,94 persen mtm dan andil 0,13 persen mtm.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Angkutan kota (angkot) menunggu penumpang, di Pasar Raya Padang, Sumatera Barat. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat, Wahyu Purnama, menyatakan kelompok transportasi telah mendorong terjadinya deflasi di Sumbar selama Juli 2021 lalu. Nilai deflasi yang terjadi sebesar 0,94 persen mtm dan andil 0,13 persen mtm.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat, Wahyu Purnama, menyatakan kelompok transportasi telah mendorong terjadinya deflasi di Sumbar selama Juli 2021 lalu. Nilai deflasi yang terjadi sebesar 0,94 persen mtm dan andil 0,13 persen mtm.

"Deflasi pada kelompok transportasi terutama bersumber pada penurunan tarif angkutan udara dan mobil dengan nilai andil deflasi masing-masing sebesar 0,11 persen mtm, 0,03 persen mtm," kata Wahyu, melalui siaran pers yang diterima Republika, Rabu (4/8).

Baca Juga

Wahyu menambahkan, tarif angkutan udara tercatat mengalami penurunan seiring dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa – Bali dan PPKM lokal di beberapa wilayah di Indonesia yang berada pada zona merah, termasuk di Sumatera Barat. Penurunan aktivitas penerbangan mendorong penurunan tarif angkutan udara lebih lanjut oleh maskapai penerbangan.

Kemudian, harga komoditas mobil mengalami deflasi sebagai dampak kembali diterapkannya subsidi PPnBM sampai dengan 100 persen untuk mobil kategori di bawah 1500 cc dan kategori 1500 cc sampai dengan 2500 cc dengan kandungan lokal tertentu hingga Agustus 2021 sesuai dengan PMK No. 77 PMK 010 tahun 2021.

Kelompok lain yang mengalami deflasi pada Juli 2021 di Sumnbar adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat deflasi sebesar 0,07 persen mtm dan andil -0,02 persen mtm.

Deflasi pada kelompok ini disumbang oleh penurunan harga pada komoditas daging ayam ras dan ikan cakalang/ikan sisik dengan nilai andil deflasi masing-masing sebesar-0,10 persen mtm dan 0,02 persen mtm.

"Komoditas daging ayam ras mengalami penurunan harga yang disebabkan oleh melimpahnya pasokan di masyarakat," ucap Wahyu.

Wahyu menambahkan, pembatasan jam operasional rumah makan dan restoran selama PPKM menyebabkan rendahnya permintaan dan tidak terserapnya pasokan daging ayam ras dari peternak. Sementara itu, komoditas ikan cakalang atau ikan sisik tercatat mengalami penurunan harga akibat melimpahnya pasokan di pasar di tengah permintaan yang relatif stabil.

Deflasi lebih lanjut tertahan oleh inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan nilai inflasi sebesar 0,35 persen (mtm) dengan andil 0,05 persen (mtm). Inflasi pada kelompok ini bersumber oleh kenaikan harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga dengan andil inflasi 0,05 persen (mtm).

Bahan bakar rumah tangga tercatat mengalami inflasi didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga pada masa PPKM darurat sehingga mendorong kenaikan harga LPG di tingkat pedagang khususnya untuk LPG 3 kg.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement