Rabu 04 Aug 2021 20:56 WIB

OJK Prediksi Ekonomi Kuartal II Tumbuh Tujuh Persen

Indikator-indikator ekonomi hingga kuartal dua 2021 trennya positif.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Ketua OJK Wimboh Santoso. Melihat indikator-indikator yang ada, OJK memprediksi pertumbuhan ekonomi 7 persen pada kuartal II tahun ini dapat tercapai.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Ketua OJK Wimboh Santoso. Melihat indikator-indikator yang ada, OJK memprediksi pertumbuhan ekonomi 7 persen pada kuartal II tahun ini dapat tercapai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi pertumbuhan ekonomi dapat mencapai tujuh persen (year on year/yoy) pada kuartal dua 2021. Hal ini didorong meningkatnya permintaan masyarakat termasuk penyaluran kredit.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, indikator-indikator ekonomi sampai dengan pengujung kuartal dua 2021 menunjukkan tren membaik menuju pemulihan ekonomi nasional. Peningkatan mobilitas masyarakat pada kuartal dua 2021 mendorong kenaikan permintaan.

Baca Juga

Mobilitas masyarakat tersebut berpengaruh terhadap kredit yang mulai mencatatkan pertumbuhan cukup tinggi. Pada Juni 2021, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 1,83 persen secara year-to-date.

"Melihat hal itu, prediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua 2021 sebesar 7 persen dapat tercapai," ungkap Wimboh dalam keterangan resmi, Rabu (4/8).

Kendati demikian, lanjut Wimboh, peningkatan kasus aktif pada Juni 2021 yang menahan kembali aktivitas masyarakat. Hal itu tecermin dari penurunan tingkat kenaikan aktivitas masyarakat dari 6,7 persen pada Mei 2021 menjadi 5,2 persen. Penurunan itu dapat sedikit berpengaruh terhadap prediksi semula.

Kemudian efektivitas pelaksanaan PPKM level 4 pada awal separuh kedua tahun ini disertai peningkatan distribusi dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19, serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan, akan dapat mengakselerasi pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat ke depan.

Pertumbuhan saat ini, lanjutnya, masih ditopang oleh sektor konsumsi yang sangat tergantung dari mobilitas masyarakat. "Maka dari itu, perlu dibuka ruang sumber pertumbuhan ekonomi baru yang lebih berkelanjutan selain sektor konsumsi, yang menyerap tenaga kerja dan berorientasi ekspor agar ekonomi dapat tumbuh lebih stabil dan lebih  berkesinambungan," ungkap Wimboh.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement