Rabu 04 Aug 2021 21:21 WIB

Ribuan Yatim Era Pandemi, Nasyiatul Aisyiyah: Tugas Kita

Terdapat 5.082 anak yatim piatu selama masa pandemi Covid-19

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini, menyatakan anak yatim dampak Covid-19 adalah tanggung jawab kita bersama
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini, menyatakan anak yatim dampak Covid-19 adalah tanggung jawab kita bersama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pandemi menyisakan duka mendalam, termasuk bagi anak-anak yang terpaksa kehilangan orang tua mereka akibat Covid-19. 

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur Andriyanto mengatakan, 114 anak terdiri atas 50 anak usia 0-5 tahun dan 64 anak usia 6-18 tahun meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Baca Juga

Dia memperkirakan, ada 5.082 anak menjadi yatim piatu setelah orang tuanya meninggal terpapar Covid-19.

Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini, mengatakan sejatinya pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk membantu anak-anak yang harus kehilangan orang tua mereka karena pandemi, salah satunya dengan memberikan hak sipil dan psikologis anak.

Namun Diyah mengatakan bahwa bantuan tersebut hanya bersifat jangka pendek dan tidak cukup untuk menopang kehidupan anak-anak yang harus berjuang seorang diri di usianya yang masih belia.  

Dia juga menegaskan kepedulian Nasyiatul Aisyiyah atas kondisi anak-anak yang terpaksa menyandang status sebagai yatim karena pandemi. Dia berharap upaya penyelesaian yang dilakukan pemerintah tidak hanya berakhir pada penyetasan, namun juga dengan tindakan langsung yang melibatkan seluruh pihak, termasuk keluarga besar anak, masyarakat, ormas dan pemerintah. 

“Kami sebagai organisasi masyarakat mengajak semua pihak untuk tidak hanya sekadar memperhatikan, memberikan hak sipil mereka, tapi juga harus ada pemberian edukasi tidak hanya kepada si anak tapi juga bagi keluarga besarnya yang tersisa,” ujar Diyah kepada Republika,co.id, Rabu (4/8).

“Menurut kami, anak-anak yang terpaksa kehilangan keluarga inti mereka ini dapat menjadi perekat bagi keluarga yang tersisa untuk bergotong royong dalam mendampingi, membesarkan, memantau, dan mengisi peran orang tua mereka. Ini yang saya harapkan,” tuturnya. 

Diyah mengatakan, sebagai negara yang memegang tegus prinsip kekeluargaan, warga Indonesia tentu akan lebih mudah dalam bergotong-royong mengisi posisi sebagai orang tua bagi anak-anak yang terpaksa menjadi yatim karena pandemi, baik dengan memberikan dukungan emosional, perlindungan, maupun pemenuhan finansial. 

Pendampingan juga tidak hanya terbatas pada keluarga yang tersisa saja, namun juga pihak sekolah dan masyarakat umum, kata dia.

Menurutnya, seluruh pihak perlu berkontribusi untuk memberikan dukungan penuh kepada anak agar tetap kuat dan semangat meski tanpa kehadiran sang orang tua. 

“Kami mengajak masyarakat secara umum untuk peduli dan mengasihi mereka yang terdampak langsung pandemi dan harus kehilangan keluarga inti mereka. Mereka butuh full support dan menjadi tugas kita bersama,” ujarnya. 

“Pandemi ini mengajarkan banyak hal, selain mensyukuri juga harus mengasihi. Jadi ada kondisi yang perlu menjadi perhatian kita semua. Karena anak-anak ini adalah kelompok yang perlu dilindungi dan dijaga, dan dipastikan agar mereka tidak terlantar baik secara fisik maupun mental.”    

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement