Rabu 04 Aug 2021 22:00 WIB

Waka MPR: Indonesia Jangan Ikut Arus Amerika atau China

Indonesia diminta tetap tak memihak blok Amerika Serikat atau China

Red: Nashih Nashrullah
Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah, meminta Indonesia tetap tak memihak blok Amerika Serikat atau China
Foto: MPR
Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah, meminta Indonesia tetap tak memihak blok Amerika Serikat atau China

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengatakan Indonesia sebaiknya tidak ikut arus mendukung salah satu dari kedua negara yang sedang berkontestasi sebagai pemegang hagemoni dunia, yakni Amerika Serikat dan China.

Dia mengusulkan Indonesia tetap konsisten mengikuti ajaran politik Bung Karno yang memilih menggalang aliansi negara-negara nonblok saat Amerika Serikat sebagai kampiun demokrasi bersitegang dengan negara-negara blok komunis.

Baca Juga

"Indonesia dapat memanfaatkan situasi ini untuk meredakan ketegangan dan mengusung perdamaian, sambil menarik manfaat ekonomi dan manfaat geopolitik dari persaingan global ini," kata Basarah dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu (4/8).

Dia mengatakan, dari sejumlah pemberitaan media internasional tampak bahwa Amerika Serikat dan China memang telah memicu ketegangan dunia setelah kedua negara terlibat perang dagang, sementara dalam kondisi pandemi keduanya saling menyalahkan dan menarik dukungan politik banyak negara.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin belum lama ini berkunjung ke Asia Tenggara, sementara di saat hampir bersamaan dilangsungkan latihan tempur gabungan Amerika Serikat bersama negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Ahmad Basarah menilai sangat wajar jika Amerika Serikat melihat China sebagai kekuatan baru dunia. Pertumbuhan ekonomi China kini tetap di angka 2,3 persen di akhir 2020 meski seluruh dunia terkena pandemi. 

China diperkirakan akan menyalip Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar dunia di tahun 2050. Hal ini akan mengganggu hegemoni Amerika Serikat dan sekutunya.Berbagai forum internasional seperti KTT G7, NATO, dan Uni Eropa (blok Barat) selalu berfokus pada ancaman Rusia dan China di Asia Pasifik. 

Bagi Amerika Serikat, kedua negara itu disebut sebagai "ancaman ganda". China sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat tidak pernah diundang ke semua forum itu.

"Dengan konstelasi dunia yang seperti itu, sebenarnya terbuka peran buat Indonesia untuk aktif mengusulkan semua negara, termasuk China, dilibatkan dalam semua pertemuan tingkat dunia itu," ujar Basarah.

Menurut dia, Indonesia sangat layak menjalankan peran perdamaian dunia. Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea keempat sudah tegas mengamanatkan agar Indonesia turut serta mewujudkan perdamaian dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Di sisi lain, Ahmad Basarah berharap keterlibatan Jerman sebagai sekutu Amerika Serikat mengirim kapal perang ke Laut China Selatan (LCS) tidak menambah panas suhu politik di kawasan sengketa itu.

"Bangsa Indonesia tentu berharap keterlibatan militer Jerman sebagai sekutu Amerika Serikat di Laut China Selatan benar-benar untuk tujuan kebebasan navigasi seperti yang disampaikan Berlin kepada sekutunya, bukan untuk tujuan lain, apalagi untuk menambah panas suhu politik di kawasan sengketa itu," tutur Basarah.

Menurut Basarah, dunia mestinya bersyukur perang dingin antara Amerika Serikat dengan Rusia sudah lewat. Daripada memunculkan konflik baru sesama penghuni planet bumi, dia menyarankan setiap negara terutama Amerika Serikat dan Tiongkok mencari solusi terbaru untuk menciptakan stabilitas regional dan internasional.

"Semua penghuni planet bumi kini punya musuh bersama bernama siluman Covid-19. Musuh kita ini tidak terlihat, tidak mengenal hukum perang, juga tidak mengenal perikemanusiaan. Mengapa tidak semua umat manusia bersatu melawan musuh bersama ini ketimbang perang," ujar Basarah.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement