REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menyalahkan elite politik Lebanon atas krisis ekonomi di negara itu. Pernyataan itu disampaikan Macron saat membuka konferensi donor di Paris, Rabu.
Konferensi itu digelar untuk mengumpulkan dana bantuan bagi Lebanon sekaligus memperingati setahun ledakan maut di Beirut. Ledakan itu meluluhlantakkan pelabuhan dan mendorong Lebanon ke jurang krisis ekonomi yang lebih dalam.
Setahun sejak kejadian itu, para politisi Lebanon belum juga membentuk pemerintahan untuk membangun kembali negara mereka, meski ditekan oleh Prancis dan dunia internasional.
"Para pemimpin Lebanon tampaknya bertaruh pada strategi mengulur waktu, yang saya sesalkan dan saya pikir (itu) sebuah kegagalan moral dan bersejarah," kata Macron.
Dia mengatakan hal itu dalam pidato pembukaan sebagai tuan rumah konferensi donor internasional untuk mengumpulkan sedikitnya 350 juta dolar dana bantuan."Tak akan ada cek kosong bagi sistem politik Lebanon. Karena merekalah yang --sejak awal krisis tapi juga sebelum itu-- gagal."
Prancis telah memimpin upaya-upaya untuk membawa bekas koloninya itu keluar dari krisis. Macron telah mengunjungi Beirut dua kali sejak peristiwa ledakan, mengumpulkan bantuan darurat dan mengenakan larangan bepergian terhadap sejumlah pejabat senior Lebanon dalam upayanya mencari paket reformasi.
Dia juga telah membujuk Uni Eropa untuk menyepakati sebuah kerangka sanksi yang siap digunakan. Namun inisiatifnya belum membawa hasil sejauh ini. Presiden AS Joe Biden akan berpartisipasi dalam konferensi yang diselenggarakan bersama dengan PBB itu bersama sekitar 40 pemimpin dunia lainnya.
Konferensi yang digelar tahun lalu usai ledakan menghimpun dana 280 juta dolar. Dana bantuan darurat itu dijauhkan dari para politisi Lebanon dan disalurkan melalui sejumlah LSM dan kelompok bantuan.
Bantuan baru akan diberikan tanpa syarat. Namun sekitar 11 miliar dolar yang dikumpulkan pada 2018 tetap disimpan dan penyalurannya bergantung pada serangkaian reformasi di Lebanon.