Kamis 05 Aug 2021 00:39 WIB

Semester Pertama 2021, Ekspor Indonesia ke China Melonjak

China menempati peringkat ketiga investor asing terbesar di Indonesia.

Pameran produk Indonesia di China
Foto: Dokumentasi KBRI Beijing
Pameran produk Indonesia di China

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Kinerja ekspor Indonesia ke China melonjak dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam periode yang sama. Hal ini tercermin dari meningkatnya total nilai ekspor Indonesia ke China, khususnya produk-produk unggulan dan potensial Indonesia di China. 

Berdasarkan data National Bureau of Statistics (NBS), China mencatatkan pertumbuhan PDB sebesar 12.7 persen pada Semester I tahun 2021. Pencapaian itu terjadi di tengah situasi dunia yang masih terpuruk.

“Pulihnya kondisi perekonomian China diharapkan dapat turut mendorong pemulihan ekonomi Indonesia melalui peningkatan kerja sama di sektor perdagangan dan investasi,” ujar Duta Besar (Dubes) RI untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Rabu (4/8).

Berdasarkan data Kepabeanan China, total perdagangan bilateral Indonesia dengan China dalam periode ini mencapai 53,5 miliar dolar AS, meningkat 50,3 persen dibandingkan Semester I tahun 2020. Ekspor Indonesia ke China tercatat mencapai 26,2 miliar dolar AS, tumbuh 51,4 persen. Nilai impor Indonesia dari China juga meningkat 49,3 persen atau mencapai 27,3 miliar dolar AS.

Pada semester I 2021, investasi China dan Hong Kong ke Indonesia berjumlah USD 4 miliar dengan total proyek sebanyak 2.133. China menempati peringkat ketiga investor asing terbesar di Indonesia dengan nilai realisasi investasi mencapai USD 1,7 miliar dengan jumlah proyek 1.245. Sementara Hong Kong berada diurutan kedua investor asing kedua terbesar di Indonesia dengan nilai investasi mencapai USD 2,3 miliar dan jumlah proyek 888.

China yang sudah berangsur normal meskipun tetap dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang masih ketat. Sejak akhir 2020, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing semakin mengintensifkan pelaksanaan diplomasi ekonomi secara hybrid, antara lain dengan melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan promosi dan forum bisnis TTI, promosi budaya, roadshow business visit ke investor dan calon investor China, serta promosi produk ekspor andalan dan potensial Indonesia di berbagai wilayah di China.

Sedangkan lonjakan ekspor produk Indonesia di China antara lain Nikel (HS 75) meningkat 5496,9 persen; produk industri penggilingan (HS 11) meningkat 3688,9 persen; olahan dari daging, ikan, krustacea, moluska atau invertebrata air lainnya (HS 16) meningkat 816,8 persen, dan mutiara alam, buatan, logam mulia (HS 71) meningkat 286,3 persen.

Berikutnya, besi dan baja (HS 72) meningkat 100 persen; lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15) meningkat 125,9 persen; aneka produk kimia (HS 38) meningkat 104,6 persen; kopi, teh, mate dan rempah-rempah (HS 09) meningkat 94,8 persen; residu dan sisa dari industri makanan, olahan makanan hewan (HS 23) meningkat 230,9 persen, dan barang dari kulit (HS 42) meningkat 177,04 persen.

Bermacam-macam olahan yang dapat dimakan (HS 21) meningkat 106,3 persen; produk keramik (HS 69) meningkat 108,7 persen; bulu dan bulu halus unggas olahan, bunga tiruan, barang dari rambut manusia (HS 67) meningkat 182,3 persen, dan produk hewani (HS 05) meningkat 120,2 persen. Sedangkan timbal (HS 78) meningkat 277,4 persen; barang dari besi atau baja (HS 73) meningkat 93,1 persen; serta garam, belerang, tanah dan batu, bahan plester, kapur dan semen (HS 25) meningkat 72,7 persen.

Produk olahan dari sayuran, buah, biji/kacang atau bagian dari tanaman (HS 20) meningkat 68,3 persen; bagian dan aksesoris kendaraan (HS 87) meningkat 53,9 persen; pulp dari kayu (HS 47) meningkat 52,6 persen; instrumen musik, bagian dan aksesorisnya (HS 92) meningkat 50,9 persen; dan instrumen dan aparatus optis, dll (HS 90) meningkat 48,7 persen. Kakao dan olahannya (HS 18) meningkat 48,6 persen; kertas dan kertas karton (HS 48) meningkat 48,3 persen; mainan, keperluan olah raga, bagian dan aksesorisnya (HS 95) meningkat 46,3 persen, dan produk produk hewani yang dapat dimakan (HS 04) meningkat 40,4 persen.

Di bidang kesehatan, China mendukung Indonesia sebagai hub-vaksin regional. Selain produksi bersama vaksin COVID-19, sejumlah perusahaan vaksin dan obat-obatan China juga menawarkan pembangunan pusat penelitan vaksin dan memberikan sponsor untuk pengembangan program pendidikan kesehatan publik pada universitas-universitas di Indonesia serta pertukaran pengetahuan para ahli.

Berbagai upaya diplomasi ekonomi KBRI Beijing tersebut diharapkan dapat turut memberikan kontribusi bagi upaya penanganan pandemi dalam negeri. Pada saat yang sama, diplomasi ini menjadi bagian dalam upaya pemulihan ekonomi nasional.  

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement