REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyebut, mobilitas masyarakat sudah turun di angka 41 persen selama penerapan PPKM Darurat hingga PPKM level 4. Namun, mobilitas di malam hari masih terbilang tinggi.
Hal ini menjadi perhatian Pemda DIY untuk terus menurunkan mobilitas masyarakat. Sehingga, penyebaran Covid-19 dapat semakin ditekan mengingat penambahan kasus positif masih cukup signifikan di DIY.
"Malam itu di jalan lebih tinggi (mobilitasnya) dari pada di waktu siang, kita harus menurunkan itu," kata Sultan di Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (4/8).
Selain itu, mobilitas masyarakat selama PPKM ini juga meningkat di lingkup permukiman. Menurut Sultan, mobilitas di permukiman ini masih di angka 17 persen secara keseluruhan di kabupaten/kota se-DIY.
Dengan begitu, potensi penularan Covid-19 di permukiman juga masih tinggi. Bahkan, penularan Covid-19 sendiri saat ini masih didominasi di lingkup keluarga, tetangga hingga perkantoran.
"17 persen (mobilitas) di lingkungan ini apakah ada tamu dari luar atau main ke rumah tetangga, tapi kan tidak di rumah. Berarti di situ ada penularan antara RT, antar RW," ujar Sultan.
Untuk menurunkan mobilitas masyarakat di permukiman ini, 'Jaga Warga' diharapkan lebih berperan aktif. Diharapkan, kasus Covid-19 yang saat ini masih tinggi dapat terus turun di DIY.
"Makanya kita bentuk 'Jaga Warga' dengan harapan mereka yang memberi tahu ke tetangga dan teman-temannya sendiri," jelasnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta juga menyebut untuk fokus menurunkan mobilitas masyarakat di permukiman pada perpanjangan PPKM level 4 hingga 9 Agustus 2021. Pasalnya, mobilitas masyarakat di permukiman masih cukup tinggi.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, mengatakan, penurunan mobilitas masyarakat sudah mencapai 60 persen sejak diterapkannya PPKM darurat hingga PPKM level 4. Penurunan mobilitas ini dilihat dari penyekatan dan pembatasan akses keluar masuk yang dilakukan di jalan-jalan umum dan tempat umum.
Namun, mobilitas berpindah ke permukiman dan menyebabkan penurunan mobilitas di permukiman hanya 19 persen di Kota Yogyakarta. Artinya, kata Heroe, mobilitas yang masih tinggi di permukiman ini menyebabkan penularan Covid-19 juga masih terus signifikan.
Pihaknya pun memperketat penyekatan untuk membatasi mobilitas masyarakat di permukiman. "Satgas kelurahan dan posko setempat melakukan penyekatan jalan atau gang di kampung untuk membatasi mobilitas warga. Sehingga penularan yang terjadi di permukiman bisa kita tekan semaksimal mungkin," kata Heroe.