REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Kementerian Agama berupaya meningkatkan kecakapan digital pelajar madrasah, salah satunya melalui literasi digital.
"Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) ini kami jalankan karena kita sedang dalam proses tranformasi digital. Kita ketahui, kunci kesuksesan dalam tranformasi digital adalah menyiapkan manusianya, SDM-nya. Karena kalau tidak, kita hanya akan menjadi penonton," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan dalam webinar Madrasah #MakinCakapDigital, dikutip dari siaran pers, Kamis (5/8).
Menurut Survei Literasi Digital, masyarakat di era sekarang ini perlu memanfaatkan ruang digital dengan baik. Saat ini aktivitas di dunia maya digunakan sebatas untuk mengobrol, mengunggah foto atau video, dan berbagi konten pribadi.
"Padahal banyak sekali hal positif dan produktif lainnya yang bisa dilakukan. Ini yang sebenarnya ingin kita bukakan wawasannya supaya masyarakat Indonesia juga bisa menggunakan teknologi dengan produktif dan bisa bersaing juga dengan negara-negara yang lain. Kalau kita tidak menyiapkan diri dalam proses ini, nanti yang mengisi adalah orang-orang dari luar," kata Semuel.
Literasi digital merupakan keterampilan dasar dalam menyiapkan kapasitas sumber daya manusia di sektor digital. Untuk itu, Indonesia berusaha memenuhi kebutuhan talenta digital dengan mencetak sekitar 600 ribu orang setiap tahun.
Sejak diluncurkan 20 Mei lalu, Program Literasi Digital Nasional sudah menjangkau 3.691.028 peserta di 34 provinsi. Melalui siaran yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Muhammad Ali Ramdhani menyatakan pandemi Covid-19 memaksa setiap orang lebih banyak memanfaatkan dan mengoptimalkan teknologi di berbagai sektor, termasuk untuk pendidikan.
Menurut Ali, belajar secara daring sudah banyak digunakan di madrasah sehingga pelajar perlu memperkuat literasi digital agar bisa menghasilkan budaya digital yang sehat dan baik.