REPUBLIKA.CO.ID, MASSACHUSETTS -- Kemitraan antara Fujitsu, Formwize, Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC) dan Cloudsoft menghasilkan tes diagnostik ‘Cough-In-A-Box’. Perangkat ini bertujuan untuk mengidentifikasi covid-19 dengan menganalisa batuk.
Berdasarkan penelitian yang dirilis pada Oktober dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Cough-In-A-Box telah terbukti mengidentifikasi dengan benar 98,5 persen kasus positif, termasuk 100 persen kasus tanpa gejala. Dilansir dari E&T, Kamis (5/8), aplikasi ini menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mendiagnosis Covid-19.
Diagnosis ini didapatkan melalui rekaman audio pengguna yang batuk ke mikrofon ponsel cerdas mereka. Alat ini menganalisis lebih dari 70.000 rekaman yang dikirimkan oleh sukarelawan dan sekitar 2.500 dari orang yang dikonfirmasi memiliki Covid-19. Para peneliti dari MIT dapat melatih model AI untuk mengidentifikasi kasus positif dengan benar.
Sejak Desember 2020, tim insinyur Cloudsoft telah bekerja dengan spesialis dari Fujitsu, Formwize dan DHSC untuk mengonversi aplikasi ke cloud. Hal ini memungkinkan pemerintah Inggris untuk secara cepat menskalakan aplikasi untuk 40.000 percobaan lebih lanjut.
CEO Cloudsoft Ross Gray mengatakan ini adalah teknologi transformasional untuk kebaikan manusia yang lebih besar. “Dengan begitu banyak aplikasi di dunia nyata, teknologi ini bisa menjadi game-changer untuk banyak sektor, termasuk perjalanan dan perhotelan, asalkan uji coba saat ini terus menunjukkan tingkat efektivitas yang sama dengan studi awal MIT,” ujar Gray.
Kepala inovasi di Fujitsu David Cairns mengatakan ini adalah jenis proyek yang hanya mungkin dilakukan di cloud. “Kami mengandalkan keahlian Cloudsoft untuk bersama-sama merancang aplikasi menjadi cloud-native, memastikan aplikasi tersebut dapat memenuhi tuntutan skala, keandalan dan keamanan. Pendekatan mutakhir untuk deteksi Cloud-19 ini memiliki potensi besar dan merupakan contoh sempurna dari inovasi untuk kebaikan manusia,” ujar Cairns.