REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong hilirisasi produk jadi dari komoditas ubi jalar. Bisnis pangan olahan dari produk pangan lokal diyakini memiliki prospek positif sehingga bakal mendukung upaya pengembangan produk pertanian.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Suwandi, mengatakan, pihaknya telah melakukan pemetaan daerah yang siap untuk menjadi kawasan pengembangan ubi jalar. Hal itu merupakan fokus dari sisi hulu.
"Namun di hilir juga harus ada industrialisasi, ini supaya hasil petani bisa dimanfaatkan seluruhnya," kata Suwandi dalam webinar, Kamis (5/8).
Ia mengatakan, ubi jalar memiliki banyak varietas yang sangat terbuka untuk dikembangkan menjadi produk aneka pangan. Baik dari tekstur dan rasa maupun warna sehingga memberikan banyak peluang untuk usaha.
Adapun ketiga belas produk turunan itu di antaranya dari umbi yakni dibuat menjadi pasta dan makaroni, kemudian dibuat tepung untuk dijadikan snack bar, bihun, kue basah, kue kering, mie, dan roti.
Selain umbi, bagian daun ubi jalar juga dapat digunakan menjadi produk sayuran maupun pakan ternak. "Kita minta tolong 13 jenis produk turunan ini untuk dikejar. Petani-petani milenial bentuklah ekonomi kreatif dimulai dari ubi jalar yang bisa diolah menjadi berbagai jenis," ujarnya.
Suwandi juga menyampaikan, di antara manfaat ubi jalar bagi kesehatan yakni menurunkan berat badan, mencegah diabetes, pencernaan dan jantung, mencegah asma dan kanker, menjaga tekanan darah, serta menambah kekebalan tubuh.
Diketahui, pada tahun 2019 lalu, terdapat luasan penanaman ubi jalar 79,2 ribu hektare dengan produksi sebanyak 1,52 juta ton. Adapun sebaran produksi yakni di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Utara, NTT, Sulawesi Selatan, dan Papua.