REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibu dari Trio Fauqi Firdaus mengaku, kecewa dengan kesimpulan Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI). Pasalnya, KIPI menyebut bahwa anaknya meninggal bukan karena vaksin AstraZeneca. Baginya, kesimpulan itu menyakitkan.
Trio divaksin AstraZeneca di Istora Senayan pada 5 Mei 2021. Sehari berselang, pria 22 tahun asal Jakarta Timur itu meninggal dunia dan langsung dimakamkan. Pada 24 Mei, makam Trio dibongkar untuk dilakukan autopsi pada jenazahnya agar diketahui penyebab kematiannya.
Zakiah, ibunya Trio, mengatakan, berdasarkan hasil autopsi, ditemukan bahwa anaknya tak memiliki penyakit. Baginya, jelas sudah bahwa kematian Trio bukan karena penyakit.
"Tapi Komnas KIPI atau dokter ahli bedahnya tidak mengakui bahwa anak saya meninggal karena divaksin. Ini sangat menyakitkan," kata Zakiah kepada wartawan di kediamannya, Kamis (5/8).
Menurut dia, kesimpulan komnas KIPI itu sangat mengambang. "Kalau jawabannya tidak ditemukan komorbid dan tidak (pula) karena vaksin meninggalnya, jadi apa dong penyebabnya?" katanya.
Zakiah pun mengaku kecewa kepada Komnas KIPI. Sebab, kerelaannya agar makam Trio dibongkar untuk autopsi ternyata tak berbuah jawaban pasti.
"Kalau memang anak saya meninggal karena penyakit, saya ikhlas lillahi ta'alla. Kalau memang anak saya meninggal karena divaksin itu bisa saya terima dengan ikhlas juga. Yang penting di sini jelas," ujarnya.
Zakiah sendiri, masih meyakini bahwa putranya itu meninggal karena vaksin AstraZeneca. Dia pun meminta agar pemerintah bertanggung jawab. "Yang diminta keluarga adalah tanggung jawab mengakui sejujur-jujurnya, itu saja," katanya.
Komnas KIPI menyampaikan hasil autopsi klinis yang dilakukan Departemen Forensik RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) terhadap jenazah Trio pada Selasa (3/8). Ketua Komnas KIPI Hindra Irawan mengatakan, kematian Trio tak terkait dengan vaksin AstraZeneca yang diterimanya.
"Kesimpulannya, tidak cukup bukti sampai dengan saat ini untuk mengaitkan KIPI yang terjadi dengan imunisasi yang diberikan. Hasil autopsi klinis juga tidak menunjukkan adanya pembekuan darah, atau blood clot, yang selama ini diduga dapat ditimbulkan karena vaksin AstraZeneca," kata Hindra, dikutip dari situs resmi Kemenkes.
Ketua Tim Autopsi Klinis RS Cipto Mangunkusumo, Ade Firmansyah Sugiharto, mengatakan, autopsi klinis pada jenazah Trio memiliki tingkat kesulitan tinggi karena sudah dikebumikan sekitar dua pekan. Pemeriksaan dilakukan menyeluruh, secara makroskopik dan mikroskopik serta laboratorium.
"Dari hasil autopsi klinis ditemukan kelainan di paru, namun tidak cukup kuat untuk ditetapkan sebagai penyebab kematian karena jenazah telah membusuk lanjut saat diautopsi," kata Ade.