REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, mengatakan, ketidakberdayaan ekonomi masih menjadi penyebab terbesar terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Kekerasan juga mendorong munculnya perdagangan orang, perkawinan anak, serta munculnya pekerja anak.
"Ketahanan ekonomi perempuan adalah hulu dari berbagai permasalahan yang terjadi pada perempuan," kata Menteri PPPA dalam acara "Peluncuran Program Pelatihan Kewirausahaan Berperspektif Gender Bagi Perempuan Rentan dan Program Pelatihan Kepemimpinan Perempuan Perdesaan" yang digelar secara daring di Jakarta, Kamis (5/8).
Terlebih menurutnya, pada masa pandemi COVID-19 ini, jurang ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan perempuan semakin parah. "Ini jadi keprihatinan bagi kita semua," katanya.
Padahal menurut dia, perempuan memiliki potensi besar untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Bintang mencontohkan budaya patriarki di Indonesia cenderung menutup akses terhadap perempuan untuk ikut berperan maupun menikmati hasil pembangunan.
"Proses-proses pengambilan keputusan juga belum semuanya berperspektif gender sehingga kebutuhan perempuan kerap tidak terakomodir," katanya.
Dia mengatakan, potensi perempuan harus dimaksimalkan untuk menutup jurang ketidaksetaraan tersebut. "Potensi perempuan untuk jadi pemimpin harus dapat didukung untuk mempersempit bahkan menutup jurang ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki," katanya.