Jumat 06 Aug 2021 07:46 WIB

Satgas Jatim Akui Punya PR untuk Tekan Angka Kematian

Sebelum diterapkan PPKM angka kematian Covid-19 di Jatim sekitar 7,15 persen.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas BPBD merakit tempat tidur darurat di Rumah Sakit Lapangan (RSL) GOR Soekarno-Hatta Kota Blitar, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Foto: Antara/Irfan Anshori
Petugas BPBD merakit tempat tidur darurat di Rumah Sakit Lapangan (RSL) GOR Soekarno-Hatta Kota Blitar, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jawa Timur (Jatim), Joni Wahyuhadi, mengakui, pekerjaan rumah (PR) saat ini adalah untuk menekan angka kematian akibat Covid-19. Di mana Jatim menjadi provinsi dengan angka kematian tertinggi di Indonesia.

"Memang PR kita sekarang menekan angka kematian. Angkanya memang tinggi, diikuti juga kenaikan kasus yang tinggi," kata Joni, Kamis (5/8).

Meski demikian, kata Joni, secara persentase angka kematian Covid-19 di Jatim mulai menurun setelah diterapkannya PPKM. Sebelum diterapkan PPKM, kata dia, angka kematian Covid-19 di Jatim sekitar 7,15 persen. Adapun saat ini turun menjadi 6,82 persen.

Joni mengaku, jajaran Forkopimda Jatim terus berupaya keras menurunkan angka kematian di Jatim. Di antaranya dengan memperluas dan memperbesar triase IGD, menambah tempat isolasi mandiri (isoman), dan intens memantau pasien yang isoman untuk memastikan kondisinya aman.

Joni melanjutkan, tingginya angka kematian Covid-19 di Jatim disebabkan banyaknya pasien yang telat datang ke rumah sakit. "Jadi banyak yang datang kondisinya sudah buruk, akhirnya belum masuk ke ruang perawatan, baru di IGD sudah meninggal. Karena kalau sudah memburuk dan baru dibawa ke rumah sakit, persentase sembuhnya jadi kecil," ujarnya.

Joni kemudian berpesan kepada masyarakat unuk selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan, serta menjauhi kerumunan. Semakin masyarakat patuh, menurutnya, penyebaran Covid-19 bisa ditekan.

"Kuncinya di hulunya. Kuratif ini kan hilir seperti rumah sakit, pelayanan kesehatan dan lainnya. Kuncinya tetap di hulu, yakni prokes ketat, masyarakat tidak berkerumun," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement