REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Presiden Tunisia Kais Saied menegaskan tak ada jalan untuk kembali dari keputusannya membekukan parlemen dan mengambil alih kekuasaan eksekutif. Langkah Saied dinilai sebagai kudeta oleh lawan-lawan politiknya.
Berbicara lewat sebuah video yang disiarkan kantornya, Saied juga menolak seruan untuk membicarakan krisis. "Tak ada dialog kecuali dengan kejujuran dan dialog tak mungkin dilakukan dengan 'sel-sel kanker'," katanya.
Partai terbesar di parlemen yang berhaluan Islam moderat, Ennahda, yang menjadi lawan paling vokal terhadap langkah-langkah Saied, sebelumnya menyerukan dalam pernyataan untuk menggelar dialog, Kamis. Sekitar 11 hari setelah melakukan intervensi, Saied belum menunjuk seorang perdana menteri baru atau menyatakan tujuan jangka panjangnya.
Serikat pekerja Tunisia yang berpengaruh, juga Amerika Serikat dan Prancis, telah mendesak dirinya untuk segera menunjuk pemerintahan baru. Serikat pekerja itu tengah menyusun peta jalan untuk mengakhiri krisis dan mengatakan akan menyerahkannya kepada Saied.
Di Senat AS, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Bob Menendez dan anggota senior Jim Risch mengatakan pada Kamis mereka sangat khawatir dengan situasi di Tunisia."Presiden Saied mesti berkomitmen ulang pada prinsip-prinsip demokrasi yang mendasari hubungan AS-Tunisia, dan pihak militer harus memperhatikan perannya dalam demokrasi konstitusional," kata mereka dalam pernyataan bersama.
Perdana menteri yang digulingkan, Hichem Mechichi, muncul di depan publik untuk pertama kali pada Kamis sejak dicopot dari jabatannya.Dia ditampilkan dalam foto-foto yang disiarkan badan pengawas anti korupsi yang menurut mereka dibuat pada hari yang sama di kantornya.