REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sebagian besar bayi penyu di lautan memiliki plastik di dalam perutnya. Menurut para ilmuw an, itu adalah jebakan evolusi.
Polusi plastik begitu merajalela di lautan sehingga menciptakan "perangkap evolusi" bagi penyu remaja. Ini adalah kesimpulan dari sebuah penelitian baru yang menemukan plastik di sebagian besar penyu remaja yang mereka tangkap di sepanjang pantai Pasifik dan Samudra Hindia di Australia.
Jebakan evolusioner terjadi ketika perilaku hewan yang sebelumnya adaptif sekarang memiliki efek negatif pada kelangsungan hidup dan reproduksi organisme secara keseluruhan. Ini biasanya terjadi ketika habitat suatu spesies berubah jauh lebih cepat daripada yang dapat diadaptasi oleh organisme.
Perangkap ini cukup jahat karena spesies ditipu untuk membuat pilihan habitat yang buruk berdasarkan isyarat lingkungan yang sebelumnya dapat diandalkan, bahkan ketika habitat atau sumber daya berkualitas lebih tinggi masih tersedia.
Dalam kasus khusus ini, penyu yang baru menetas telah beradaptasi untuk memasuki zona samudra di mana mereka melakukan perjalanan mengikuti arus, mencari makan, dan tumbuh hingga dewasa. Habitat ini ideal untuk perkembangan mereka, terutama karena di sanalah banyak makanan disalurkan langsung ke mulut mereka. Masalahnya, arus yang sama juga membawa sampah plastik.
"Penyu remaja telah berevolusi untuk berkembang di laut terbuka, di mana predator relatif langka," kata Dr. Emily Duncan dari Pusat Ekologi dan Konservasi di Kampus Penryn Exeter di Cornwall. Dilansir dari laman Zme Science, Selasa (3/8).
"Penyu laut remaja umumnya tidak memiliki makanan khusus, mereka makan apa saja, dan penelitian kami menunjukkan ini termasuk plastik,” ujar dia.