REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semester pertama tahun ini PT Adaro Energy Tbk memproduksi 26,49 juta ton batu bara. Produksi ini turun 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020.
Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir menjelaskan pada kuartal dua tahun ini memang seluruh negara pemasok utama batu bara di dunia masih kesulitan meningkatkan produksi meski harga batubara sedang membaik. Cuaca buruk berkontribusi dalam pengetatan suplai serta masalah keterlambatan alat berat.
"Apalagi dampak pandemi juga masih menjadi tantangan bagi para pekerja garis depan," ujar Garibaldi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/8).
Disatu sisi, penurunan produksi dan kondisi pasar ekspor yang masih fluktuati juga membuat volume penjualan pada semester pertama ini mengalami penurunan lima persen jika dibandingkan 2020. Pada semester pertama ini Adaro membukukan penjualan sebesar 25,78 juta ton.
Penjualan pada semester pertama ini pasar asia tenggara menjadi salah satu market perusahaan. Malaysia menjadi negara dengan porsi terbesar. Disatu sisi, permintaan China atas produksi batu bara Adaro naik sebesar 20 persen.
Disatu sisi, permintaan pasar domestik terhadap produksi batu bara Adaro sebesar 28 persen. 18 persen Asia Timur, India 10 persen dan Selandia Baru 2 persen.