Jumat 06 Aug 2021 17:31 WIB

Puncak Sepi Wisatawan, Pedagang Kerap Buang Dagangan

Para PKL yang berjualan di tempat wisata di Puncak mengalami sepi pembeli.

Protes perpanjangan PPKM Level 4, pedagang di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor mengibarkan bendera putih sebagai bentuk protes, Kamis (5/8).
Foto: Republika/Shabrina Zakaria
Protes perpanjangan PPKM Level 4, pedagang di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor mengibarkan bendera putih sebagai bentuk protes, Kamis (5/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) di kawasan wisata Puncak, Kabupaten Bogor mengibarkan bendera putih tanda protes perpanjangan PPKM Level 4. Minimnya wisatawan yang datang ke kawasan Puncak, membuat pedagang kerap membuang makanan yang jadi dagangannya.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Puncak Cisarua Bogor, Teguh Mulyana mengatakan, selain kehilangan wisatawan lokal dari luar Bogor, kawasan wisata Puncak juga kehilangan wisatawan dari Timur Tengah selama PPKM diterapkan.

Enggak ada (wisatawan) sama sekali, di Timur Tengahnya di-setop, di sini juga sama, sampai sekarang belum ada. Tamu timur tengah biasanya pertahun nyampe 3.000,” kata Teguh kepada Republika, Jumat (6/8).

Sementara itu, sambung dia, dalam sebulan, kawasan wisata Puncak kerap menerima sekitar 1.000 wisatawan. Saat ini, warga luar Bogor yang mendatangi Puncak hanya orang yang hendak membeli sembako, atau hanya melintas.

Akibatnya, lanjut Teguh, para PKL yang berjualan di tempat wisata mengalami sepi pembeli. Apalagi, sebagian besar mereka berjualan makanan seperti soto bogor, bakso, mie ayam, mie instan, kopi, bandrek, dan lain-lain.

Karena sepi pembeli, pedagang yang menjual makanan seperti soto, bakso, dan mie ayam kerap membuang barang dagangannya jika sudah tidak terjual selama tiga hari. Padahal, Teguh mengatakan, setiap akhir pekan dagangan mereka pasti laku keras.

“Pedagang yang tutup mah mungkin hanya 20 persen, tapi yang buka kadang-kadang terbuang barang dagangannya. Kayak soto, bakso, kuliner-kuliner itu kalau tidak ada pembeli kan dibuang,” ujarnya.

Sejumlah pedagang makanan yang masih terlihat berjualan yakni di kawasan kebun teh Gunung Mas. Tepatnya di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Selain pedagang makanan, sejumlah pedagang di sentra oleh-oleh masih terlihat berjualan meski tidak terlihat ada pembeli yang menyambangi tokonya.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan, untuk menafkahi kehidupan sehari-hari, sejumlah sopir travel yang biasa mengantar tamu Timur Tengah harus banting setir. Biasanya, mereka mengantar para tamu baik dari bandara maupun menuju bandara.

“Akhirnya ada yang jualan pake payung di pinggir jalan, itu para sopir travel karena dia butuh nafkah untuk istri dan anaknya. Mereka jadi dagang keliling menggunakan payung di pinggir jalan,” ujarnya.

Hammid (51 tahun), salah satu pedagang nasi uduk di Jalan Raya Puncak, KM 85,5, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor berharap pemerintah bisa mencarikan jalan keluar terbaik untuk dirinya dan pedagang kecil lainnya yang berjualan di kawasan Puncak. Sebab bantuan sosial (bansos) pemerintah menurutnya bukanlah langkah yang bisa menyelesaikan penderitaan para pedagang.

“Kalau bansos itu kan bisa habis. Kalau habis nanti kami bagaimana. Yang kami inginkan adalah solusi konkret dari pemerintah, agar di masa PPKM ini penghasilan kami sebagai rakyat kecil tetap stabil,” harapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement