Sabtu 07 Aug 2021 04:57 WIB

BI: Program Kerja dari Bali Jadikan Ekonomi Tumbuh Positif

Pertumbuhan positif tidak terlepas dari rendahnya "base effect" di triwulan II 2020

Pekerja beraktivitas di Courtyard by Marriott Bali Nusa Dua Resort, Badung, Bali, Jumat (18/6/2021). Sebanyak 16 hotel di kawasan The Nusa Dua disiapkan untuk menjadi lokasi program Work from Bali atau bekerja dari Bali sebagai upaya pemulihan perekonomian Bali yang terdampak pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Pekerja beraktivitas di Courtyard by Marriott Bali Nusa Dua Resort, Badung, Bali, Jumat (18/6/2021). Sebanyak 16 hotel di kawasan The Nusa Dua disiapkan untuk menjadi lokasi program Work from Bali atau bekerja dari Bali sebagai upaya pemulihan perekonomian Bali yang terdampak pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR--Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan program kerja dari Bali atau "Work from Bali" (WFB) pada Mei-Juni 2021 telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah setempat pada triwulan II-2021."Pada triwulan II-2021, BPS mencatat ekonomi Bali mengalami pertumbuhan positif 2,83 persen (yoy), meningkat dari minus 9,81 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Jumat (6/8).

Menurut dia, program WFB pada Mei-Juni 2021 dan pelonggaran kebijakan PPKM selama triwulan II 2021 memberikan ruang gerak bagi sektor pariwisata dan sektor terkait untuk mendorong perbaikan ekonomi."Optimisme konsumen dan pelaku usaha seiring dengan pelaksanaan program vaksinasi yang berjalan 'on track' juga mendorong keberlanjutan perbaikan ekonomi," ucapnya.

Pertumbuhan yang positif ini, lanjut Trisno, tidak terlepas dari rendahnya "base effect" di triwulan II 2020 yang merupakan periode awal pandemi, dimana pengetatan pergerakan mulai diberlakukan pertama kalinya (PSBB)."Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari membaiknya kinerja ekspor sejalan dengan peningkatan ekspor produk industri pengolahan dan pertanian, kinerja konsumsi pemerintah, dan konsumsi rumah tangga," ujarnya.

Dari sisi lapangan usaha (LU), 14 dari 17 LU mengalami pertumbuhan (yoy) positif dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada, Administrasi Pemerintahan (15,67 persen), Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial (9,20 persen), Akomodasi makan dan minum/akmamin (4,87 persen), dan Transportasi (2,24 persen). 

Lapangan usaha Administrasi Pemerintahan meningkat seiring realisasi belanja pemerintah terutama pembayaran THR dan gaji ke-13. Sementara pertumbuhan positif lapangan usaha jasa kesehatan tidak terlepas dari implementasi vaksinasi, dimana realisasi vaksin di Bali tercatat paling tinggi di Indonesia.

Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan kinerja lapangan usaha Akmamin dan Transportasi terjadi seiring meningkatnya kunjungan wisatawan domestik pada momen libur panjang (Hari Raya Idul Fitri) serta berbagai kegiatan pariwisata, diantaranya program Work from Bali (WFB)."Pada triwulan III 2021, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat sehubungan dengan kebijakan pembatasan mobilitas yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi peningkatan penyebaran varian baru Covid-19. 

Penurunan pertumbuhan diperkirakan terjadi pada lapangan usaha yang berkaitan langsung dengan aktivitas pariwisata yakni akmamin, transportasi dan perdagangan."Namun, hikmah yang dapat diambil dengan berlanjutnya penyebaran Covid-19 adalah semakin tingginya urgensi transformasi ekonomi bagi Provinsi Bali," ucapnya.Untuk meningkatkan ketahanan perekonomian Bali, perlu pengembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru yakni pada sektor pertanian, industri kreatif, ekonomi digital dan pendidikan."Untuk mempercepat pemulihan kinerja perekonomian, prasyarat mutlak yang harus dipenuhi adalah keberhasilan pemberian vaksinasi serta penerapan disiplin protokol kesehatan Covid-19," kata Trisno.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement