Jumat 06 Aug 2021 21:42 WIB

Penggunaan Anggaran Cegah Kebakaran Hutan di Turki Rendah

Penggunaan anggaran pencegahan kebakaran hutan yang rendah di Turki jadi sorotan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Seorang petugas pemadam kebakaran berjuang dengan api di desa Kirli dekat kota Manavgat, di provinsi Antalya, Turki Jumat pagi 30 Juli 2021.
Foto: AP/AP
Seorang petugas pemadam kebakaran berjuang dengan api di desa Kirli dekat kota Manavgat, di provinsi Antalya, Turki Jumat pagi 30 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pihak berwenang Turki sedang berusaha mengatasi kebakaran hutan paling buruk yang pernah terjadi di negara itu. Data menunjukkan salah satu penyebab kebakaran hutan karena kecilnya anggaran yang digunakan untuk mencegahnya.

Kebakaran yang merembet di seluruh penjuru barat daya Turki telah menewaskan delapan orang dan memaksa puluhan ribu orang dievakuasi. Kebakaran juga sempat membahayakan pembangkit listrik negara itu.

Baca Juga

Pemerintah Presiden Turki Reccep Tayyep Erdogan dikritik atas respons yang lambat dan lemah. Oposisi fokus dengan sedikitnya pesawat pemadam kebakaran yang Turki miliki sehingga memaksa Ankara untuk mendapatkannya dari negara lain.

Badan pemadam kebakaran Eropa mengatakan luas wilayah yang hangus oleh kebakaran hutan di Turki dalam dua pekan terakhir tiga kali lipat lebih luas dibandingkan rata-rata setiap tahunnya. Sementara negara-negara tetangga juga menghadapi api yang didorong angin kencang.

Badan perhutanan Turki mengatakan pada paruh pertama tahun ini hanya dua persen dari 200 juta lira atau 24 juta dolar AS yang digunakan untuk pembangunan, proyek, dan membeli peralatan penanggulangan kebakaran hutan.    

Angka itu jauh jika dibandingkan Portugal yang menganggarkan 224 juta euro atau 265 juta dolar AS untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan tahun ini. Sementara pemerintah pusat Spanyol menganggarkan 65 juta euro.

Alokasi anggaran setiap negara memang berbeda-beda. Namun oposisi pemerintah mengatakan data yang dipublikasikan Direktorat Jenderal Kehutanan (OGM) Turki menunjukkan pemerintah Erdogan mengabaikan risiko yang dapat diprediksi.

"Anggaran OGM direncanakan seolah-olah tidak akan ada kebakaran," kata deputi Partai Republican People (CHP) Murat Emir, Jumat (6/8).

Ia mengajukan pertanyaan dalam sidang parlemen pada Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Bekir Pakdemirli. "Angka-angka ini menunjukkan mengapa tidak adanya intervensi efektif mengatasi kebakaran," kata Emir.

Ia menambahkan Kementerian Pertanian dan Kehutanan Turki 'ketahuan tidak siap'. Kementerian tersebut tidak menanggapi permintaan komentar mengenai anggaran dan belum diketahui apakah sumber alokasi anggaran untuk perlindungan hutan dari kebakaran terpisah dari anggaran direktorat kehutanan.

Pemerintah menyalahkan sedikitnya sumber daya pada Asosiasi Dirgantara Turki (THK). Mereka mengatakan lembaga itu gagal memelihara pesawat pemadam kebakaran meski anggarannya besar.

"Mereka mengatakan 'kami tidak dapat memperbarui pesawat karena kelangkaan bahan', di mana mereka dapat menggunakan uang ini untuk membangun pesawat baru daripada menghabiskannya untuk hal lain," kata Pakdemirli seperti dikutip situs berita Haberturk.

Sebagian dari 16 pesawat dan 51 helikopter yang saat ini beroperasi berasal dari Rusia, Spanyol, Ukraina, Kroasia, Iran, dan Azerbaijan. Emir mencatat laporan OGM menunjukkan pengeluaran yang berhubungan dengan kebakaran hutan termasuk pembelian 26 helikopter hanya menyisakan anggaran sebesar 100 lira atau 119 dolar AS.

Ia bertanya mengapa sumber untuk pembelian helikopter tidak dialokasikan jika Kementerian Kehutanan tidak memiliki cukup pesawat dan helikopter. Laporan menunjukkan kementerian menganggarkan 40 juta lira untuk membangun hanggar pesawat dan helikopter dan 15 juta lira untuk membeli walkie-talkie.

Namun tidak ada pengeluaran yang ditujukan untuk dua hal itu pada paruh pertama tahun ini. Rencana pembangunan jalur aman kebakaran sepanjang 192 kilometer juga baru diselesaikan 34 kilometer.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement