Sabtu 07 Aug 2021 12:55 WIB

Epidemiolog: Ada Potensi 1 Juta Kasus tak Terdeteksi

Angka kematian masih belum menggambarkan kasus keseluruhannya.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ilham Tirta
Aplikasi pelacakan COVID-19 (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Dhemas Reviyanto
Aplikasi pelacakan COVID-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman melakukan perhitungan kasus infeksi Covid-19 berbasis data kematian sejak 27 Juli hingga 5 Agustus 2021 di Indonesia. Ia melihat adanya potensi lolosnya kasus infeksi dalam jumlah besar yang tidak terdata oleh pemerintah.

Ia mencontohkan jumlah kematian akibat Covid-19 pada 4 dan 5 Agustus yang berjumlah 3.486 jiwa. Berdasarkan case fatality rate atau tingkat fatality kasus, menurutnya jumlah kematian sebanyak itu merupakan kontribusi dari kasus infeksi yang sangat tinggi pada kurang lebih tiga pekan sebelumnya.

"Yang kita tahu pun kematian ini sifatnya under report, masih belum menggambarkan kasus keseluruhannya," ujar Dicky dalam sebuah diskusi daring, Sabtu (7/8).

Berdasarkan perhitungannya, pada 4 dan 5 Agustus 2021, ada potensi 433.042 kasus infeksi yang tidak terdeteksi. Angka tersebutlah yang berpotensi menyebabkan kematian sebanyak 3.486 jiwa pada dua hari tersebut.

Adapun dari 27 Juli hingga 5 Agustus, ada 17.609 jiwa yang meninggal akibat Covid-19. Dari jumlah kematian tersebut, ada potensi kasus infeksi yang tak terdeteksi sebanyak 2.187.448.

Ia membandingkan dengan Singapura dan Vietnam yang tingkat testing, tracing, dan treatmet-nya yang memadai dan tinggi. Sehingga kedua negara tersebut dapat menghindari jumlah infeksi dan kematian yang tinggi.

"Itu artinya ada potensi banyak sekali kasus, kalau dari sini (potensi kasus tak terdeteksi) saja kita bisa lihat ada potensi satu juta kasus infeksi yang tidak terdeteksi selama masa PPKM ini," ujar Dicky.

Sebagian besar kasus infeksi Covid-19 yang tak terdeteksi itu, kata Dicky, memang berpotensi sembuh dengan sendirinya. Namun, angka kematian berapa persen pun tetap merupakan jumlah yang banyak.

"Angka kematian itu, katakanlah satu persen atau dua persen itu tetap banyak yang ada di masyarakat dan itu tidak terdeteksi," ujar Dicky.

Selain itu, pemerintah harus dapat memperhatikan dampak jangka panjang dari kasus infeksi Covid-19. Sebab dampak dari long Covid bagi sejumlah orang akan terasa sangat berat hingga pulih sepenuhnya.

Penanganan pandemi, khususnya Covid-19 saat ini haruslah berfokus pada tindakan preventif, yakni testing, tracing, dan treatmet. Termasuk dengan vaksinasi yang diharapkan dapat memunculkan kekebalan komunitas atau herd immunity.

"Dan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) itu juga akan sangat menentukan keberhasilan penanganan pandemi," ujar Dicky.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement