Sabtu 07 Aug 2021 13:51 WIB

Sebulan, Tim Pemulasaraan Bogor Kubur 115 Pasien Isoman

Koordinator Pemulasaraan Bogor menyebut pasien isoman yang meninggal melandai

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas pemakaman membawa peti jenazah korban COVID-19 untuk dikuburkan. Selama satu bulan, Tim Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Kota Bogor telah menangani ratusan kasus kematian warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman). Tercatat sejak awal dibentuk pada Ahad (4/7) hingga Jumat (6/8), Tim Pemulasaraan sudah menangani sebanyak 115 pasien yang meninggal saat Isoman.
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Petugas pemakaman membawa peti jenazah korban COVID-19 untuk dikuburkan. Selama satu bulan, Tim Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Kota Bogor telah menangani ratusan kasus kematian warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman). Tercatat sejak awal dibentuk pada Ahad (4/7) hingga Jumat (6/8), Tim Pemulasaraan sudah menangani sebanyak 115 pasien yang meninggal saat Isoman.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Selama satu bulan, Tim Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Kota Bogor telah menangani ratusan kasus kematian warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman). Tercatat sejak awal dibentuk pada Ahad (4/7) hingga Jumat (6/8), Tim Pemulasaraan sudah menangani sebanyak 115 pasien yang meninggal saat Isoman.

Ketua Koordinator Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Kota Bogor, Rino Indira Gusniawan mengatakan, selama dua pekan terakhir Juli hingga ke awal pekan Agustus, jumlah jenazah pasien isoman yang ditangani melandai. Berdasarkan data yang dimiliki Rino, hingga akhir Juli jenazah yang ditangani sebanyak 111 jenazah, dan pada awal Agustus bertambah menjadi 115 pasien secara total.

“Jadi memang relatif melandai sekali. Mudah-mudahan ini buah dari penanganan, selama tiga minggu ini pemerintah kota Bogor melakukan terobosan mengatasi Covid ini,” kata Rino, Sabtu (7/8).

Lebih lanjut, Rino mengatakan, terdapat dua hari dimana tim pemulasaraan tidak menangani jenazah sama sekali. Diperkirakan, berkurangnya pasien Covid-19 yang meninggal saat isoman karena para pasien relatif terpantau dan terjaga.

Meski sudah melandai, Rino mengaku tetap waspada ketika terjadi lonjakan. Persiapan tersebut meliputi sumber daya manusia (SDM), serta stok ketersediaan peti jenazah dan mobil ambulans.

“Kita sudah sangat siap, peti jenazah kita punya 300 peti, kemarin bantuan dari donatur dan orang yang mendukung kita, tenaga juga kita siap (sebanyak) 57 orang stanby 24 jam,” ucapnya.

Ke depannya, Rino tengah menyiapkan penanganan pemulasaran jenazah pasien Covid-19 yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara langsung.

“Jadi kita sudah mulai di wilayah, agar kasusnya itu bisa ditangani di wilayah. Jadi masyarakat dalam memperlakukan jenazah itu diperlakuakan seperti biasa asal kita tahu ilmunya. Misalkan kalau sakit Covid harus pakai APD segala macam,” pungkasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement