REPUBLIKA.CO, TEL AVIV -- Seorang pejabat pertahanan Israel mengatakan Angkatan Bersenjata Israel (IDF) menggelar serangan 'ekstensif' ke infrastruktur di Lebanon yang digunakan Hizbullah menembakan artileri dan menggelar serangan udara. Pejabat itu mengatakan serangan semacam ini tidak pernah dilakukan selama bertahun-tahun.
Perdana Menteri Israel mengadakan rapat darurat dengan pejabat seniornya di markas militer Kirya di Tel Aviv. Menteri Pertahanan Benny Gantz, Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Aviv Kohavi dan sejumlah pejabat tinggi membahas opsi yang dimiliki Israel.
Pejabat tersebut mengatakan rapat tersebut untuk menyiapkan opsi respon tambahan terhadap tembakan roket yang diluncurkan Hizbullah. "Dengan berbagai cara, baik terbuka maupun terselubung, tergantung perkembangan selanjutnya," kata pejabat itu seperti dikutip the Jerusalem Post, Sabtu (7/8).
"Kelanjutan operasi tergantung dengan kebutuhan operasional dan kapan waktu yang tepat bagi Israel," tambahnya.
Sementara itu Presiden Iran yang baru Ebrahim Raisi bertemu dengan Deputi Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qasem. Raisi memuji serangan roket kelompok tersebut ke Israel. Ia mengatakan serangan itu menunjukkan perlawanan efektif pada Zionis.
Sebelumnya Hizbullah mengaku telah melepaskan sebanyak 20 roket yang menargetkan Israel. "Pada pukul 11.15 pagi, Perlawanan Islam merespons agresi Israel dengan menargetkan sekitar pos Israel di Pertanian Shebaa dengan lusinan roket yang ditembakan dari hutan yang jauh dari pemukiman," kata Hizbullah dalam pernyataannya.
Sistem pertahanan Iron Dome menghalau 10 roket, sementara enam lainnya jatuh di ruang terbuka wilayah Israel dekat perbatasan Lebanon, Har Dov. Sisanya jatuh di dalam Lebanon.
Sirene roket aktif di pemukiman di sebelah utara Israel yang berbatasan dengan Lebanon dan Suriah. Termasuk perbatasan sebelah utara seperti Ein Quiniyye, Neveh Ativ dan Snir. Tidak ada korban jiwa atau luka dalam serangan ini.