REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Wali Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra),Sulkarnain Kadir meminta seluruh orang tua siswa di daerah itu agar terus memberikan dukungan anaknya saat pembelajaran dilakukan di rumah akibat pandemi Covid-19.
"Orang tua harus bisa memberikan support, dukungan kepada anak-anak kita saat belajar di rumah," kata Wali Kota di Kendari, Sabtu (7/8).
Wali Kota menyampaikan, pembelajaran di rumah secara daring yang dilakukan para siswa tentu bukan hal yang diinginkan oleh mereka, namun hal itu dilakukan guna melindungi mereka dari pandemi COVID-19. Menurut Wali Kota, situasi saat ini tidak mudah untuk dilewati anak-anak, sebab sudah setahun lebih mereka tidak menjalani aktivitas belajar tatap muka sebagaimana biasanya di sekolah.
"Mungkin sudah ada kerinduan yang luar biasa untuk bisa bercengkrama dengan teman-teman sebayanya, kerinduan untuk bertemu dengan guru-guru di sekolah, suasana belajar tatap muka yang penuh keceriaan, kehangatan," ujar Wali Kota.
Tetapi, menurut Wali Kota, situasi ini tidak boleh menghentikan semangat, tekad untuk terus berbuat, karena di setiap kesulitan selalu ada jalan."Mari kita semua berikhtiar untuk mencari jalan keluar itu," tutur Wali Kota.
Wali Kota menyampaikan bahwa pemerintah setempat akan terus berupaya melakukan yang terbaik memberikan fasilitas sarana, juga menghadirkan kebijakan-kebijakan yang ramah terhadap anak-anak pelajar.
"Tugas kita orang tua wajib kemudian untuk mengantarkan mereka, ingatkan mereka, mendampingi mereka agar seluruh potensi yang ada yang dimiliki anak-anak kita bisa berkembang," kata Wali Kota.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Kendari bakal melakukan pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran baru Juli 2021 lalu, namun rencana tersebut ditunda akibat diterapkannya penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sebagai upaya menahan penyebaran kasus COVID-19 yang trennya meningkat.
Data Satgas COVID-19 Kota Kendari mencatat, jumlah kasus positif COVID-19 per 7 Agustus 2021 sebanyak 7.199 orang, kasus sembuh sebanyak 6.226 orang, menjalani perawatan atau isolasi mandiri sebanyak 882 orang dan pasien meninggal sebanyak 91 orang.