Ahad 08 Aug 2021 12:46 WIB

Porsi Covid-19 Luar Jawa-Bali Dominasi Kasus Nasional

Presiden Jokowi sudah mengingatkan untuk waspadai kenaikan Covid di luar Jawa-Bali

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Bayu Hermawan
Virus Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Virus Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah kasus konfirmasi Covid-19 harian di luar Jawa-Bali mulai mendominasi total kasus nasional. Hal ini diungkap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pengantar rapat terbatas, Sabtu (7/8) kemarin. Jokowi memantau pergerakan kasus baru di luar Jawa-Bali meningkat signifikan dalam dua pekan terakhir, di saat tren kasus di Jawa-Bali justru mulai menurun. 

Berdasarkan data pemerintah pada 25 Juli 2021, tambahan kasus Covid-19 harian di luar Jawa-Bali mencapai 13.200 kasus atau 34 persen dari keseluruhan kasus baru nasional. Bergerak ke 1 Agustus 2021, wilayah luar Jawa-Bali menyumbang 13.589 kasus baru atau 44 persen dari total kasus baru nasional. Kemudian beranjak ke 6 Agustus 2021, porsi Luar Jawa-Bali mencapai 21.374 kasus, setara 54 persen dari keseluruhan kasus baru nasional. 

Baca Juga

"Hati-hati kenaikan dalam dua minggu ini dan saya perintahkan kepada Panglima (TNI), Kapolri, untuk betul-betul mengingatkan selalu kepada pangdam, kapolda, dan danrem, dandim, kapolres untuk merespons angka-angka yang tadi saya sampaikan. Karena kecepatan ada di situ, " ujar Jokowi. 

Jokowi juga menyoroti ada lima provinsi luar Jawa-Bali yang mencatatkan peningkatan kasus aktif Covid-19 cukup tinggi. Berdasarkan catatan presiden, per 5 Agustus 2021, lima provinsi dengan 'rapor merah' itu antara lain Kalimantan Timur dengan 22.529 kasus aktif, Sumatra Utara dengan 21.876 kasus aktif, Papua dengan 14.898 kasus aktif, Sumatra Barat dengan 14.496 kasus aktif, dan Riau dengan 13.958 kasus aktif. 

"Itu (angka) hari Kamis. Hati-hati, Jumat (6/8) kemarin angkanya naik. Sumut naik ke 22.829 kasus, Riau naik jadi 14.993 kasus, Sumbar naik 14.712 kasus. Ini juga naik. Yang turun dua hari kemarin Kaltim dan Papua. Tapi hati-hati ini naik dan turun," kata Jokowi. 

Selain lima provinsi di atas, Jokowi juga menyoroti Nusa Tenggara Timur yang mengalami lonjakan kasus signifikan. Pada 1 Agustus 2021 misalnya, angka kasus baru harian NTT masih 886 orang. Beranjak ke 2 Agustus 2021, angkanya turun ke 410 kasus. Tapi pada 4 Agustus 2021, kasus NTT melonjak jadi 4.530 kasus baru. Sedangkan pada 6 Agustus 2021, kasus NTT melonjak sebanyak 3.598 dalam sehari. 

"Angka-angka ini harus direspons secara cepat, apa yg harus kita lakukan," kata presiden. 

Ada tiga poin penting yang perlu dilakukan pemerintah pusat dan daerah, ujar presiden, demi menekan angka kasus. Pertama, pengereman mobilitas masyarakat. Jokowi meminta gubernur, pangdam, dan kapolda di setiap daerah yang mengalami lonjakan kasus agar mengerem aktivitas masyarakat.

"Semua harus tahu, Pangdam Kapolda semua harus tahu artinya mobilitas manusianya yang direm paling tidak 2 minggu," kata Jokowi. 

Poin kedua yang disampaikan Jokowi berkaitan dengan pemeriksaan dan pelacakan. Jokowi meminta pemda bersama TNI-Polri untuk bekerja sama dalam menggencarkan tracing dan testing ini. Sementara poin ketiga, menurut presiden, adalah perawatan secara terpusat bagi warga yang terkonfirmasi positif. 

"Ini tugas gubernur, bupati, wali kota untuk menyiapkan isolasi terpusat di kota masing-masing. Bisa jumlahnya, satu, dua, 10. Bisa memakai sekolah. Saya lihat beberapa provinsi di Jawa memakai sekolah, memakai balai, memakai gedung olahraga, diberi tempat tidur yang nyaman, bawa mereka ke sana, " kata Jokowi. 

Selain tiga poin solusi untuk menekan angka kasus yang disebutkan di atas, Jokowi menambahkan satu hal lagi yakni percepatan vaksinasi. Menurutnya, vaksinasi adalah penunjang terpenting dalam menekan angka penularan dan mengurangi angka kematian. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement