Ahad 08 Aug 2021 12:49 WIB

Keluarga Presiden Haiti Menanti Titik Terang Pembunuhan

Pembunuhan Jovenel Moise juga melibatkan pengawal presiden Haiti

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Seorang pria menyentuh potret mendiang Presiden Haiti Jovenel Moïse di luar Katedral tempat upacara peringatan untuknya berlangsung di Cap-Haitien, Haiti, Kamis, 22 Juli 2021. Moïse dibunuh di rumahnya pada 7 Juli.
Foto: AP/Matias Delacroix
Seorang pria menyentuh potret mendiang Presiden Haiti Jovenel Moïse di luar Katedral tempat upacara peringatan untuknya berlangsung di Cap-Haitien, Haiti, Kamis, 22 Juli 2021. Moïse dibunuh di rumahnya pada 7 Juli.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Sebulan setelah pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, kebenaran masih belum terkuak. Keluarga mendiang Presiden Moise masih menanti titik terang atas pembunuhan keji tersebut.

Pihak berwenang Haiti mengklaim sekelompok tentara bayaran asing yang berasal dari Kolombia dan Florida telah membunuh Moise. Pembunuhan juga melibatkan pengawal presiden. Sejumlah konspirasi lainnya terkait pembunuhan Moise juga mulai menyebar. Tetapi, putra Moise, Joverlein Moise, menyakini bahwa semua informasi yang diberikan kepada keluarga tidak benar. 

Baca Juga

"Apa yang mereka katakan kepada kami bukanlah kebenaran. Tapi kami menunggu," ujar Joverlein Moise dalam sosial media.

Polisi dan pejabat Kementerian Kehakiman menuduh lebih dari 20 tentara bayaran Kolombia memasuki rumah presiden di lereng bukit pada 7 Juli, sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat. Kediaman presiden biasanya dijaga dengan ketat.

Mantan prajurit militer Kolombia yang disewa tampaknya menghadapi sedikit perlawanan ketika berada di kediaman presiden. Namun tindakan saling tuduh mulai berputar di sekitar pengawal elite presiden Moise. Setidaknya dua pemimpin unit keamanan presiden ditahan, karena dicurigai terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Lima orang Kolombia yang dicari oleh polisi masih buron. Detektif polisi Haiti, yang telah bekerja dengan agen dari Biro Investigasi Federal AS (FBI) telah menangkap seorang dokter yaitu Christian Emmanuel Sanon. Dokter yang berusia 63 tahun dan berbasis di Florida itu, dituduh membantu merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Moise.

Kepala polisi Haiti mengatakan, Sanon ingin mengambil alih sebagai presiden. Dia kemudian menyewa tentara bayaran Kolombia, yang dibantu oleh setidaknya dua orang Haiti-Amerika. 

Mantan Ibu Negara Martine Moise, terkena luka tembak di lengannya saat pelaku menyergap kediaman mereka. Martine Moise menjalani perawatan di rumah sakit Miami. Dia telah kembali ke Haiti pada 17 Juli lalu. Dia mengatakan kepada pelayat yang menghadiri  pemakaman suaminya bahwa, Haiti harus memetakan jalan tanpa kekerasan ke depan.

"Kami tidak ingin balas dendam atau kekerasan. Ayo teriakkan keadilan," ujar Martine Moise. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement